Saat aku kembali bekerja dengan Hagrid pada malam hari, Ludo Bagman berjalan menghampiri kami.
Aku bertanya-tanya apa yang membuatnya datang kemari. " Apakabar Hagrid?" Tanya Bagman terlihat senang begitu sudah sampai. Dia melihat sekeliling kemudian pandangannya jatuh padaku.
" Oh kau teman Harry Potter ya?" Tanya Bagman ketika Hagrid terlihat akan balik menyapanya. Aku hanya mengangguk kurang suka dengan sikapnya.
" Kurang berapa lama lagi?" Tanya Bagman pada Hagrid memandang rumput-rumput yang hampir membentuk pola dinding.
" Sebulan Bagman!" Kata Hagrid sambil nyengir.
Tak lama Flur dan Krum datang menghampiri kami juga, tatapan mereka berdua aneh. Fluer melipat tanganya sambil berjalan dan dibelakangnya diikuti Krum.
" Eh, sekarang Bagman?" Tanya Hagrid pada Bagman yang aku tidak paham.
" Benar!" Kata Bagman pada Hagrid, dia terlihat gugup karena senang.
" Aku ambil barang lain dulu kalau begitu." Kata Hagrid singkat sambil menepuk pundak Bagman kemudian pergi meninggalkan kami.
Aku mangut-mangut merasa ditinggal dengan orang-orang asing tapi apa boleh buat aku tidak paham apa-apa.
" Hai...Kennya!" Sapa Fluer ramah padaku. Aku tidak tahu jika dia tahu aku dan kenapa dia bersikap begitu karena sejauh yang aku ingat kami belum pernah bicara.
Aku tersenyum menatapnya. Fluer memang cantik sulit pasti menolak pesonanya. Krum menaruh tanganya di belakang dia mengamati sekeliling dengan wajah yang mengerut aku yakin dia sedang berpikir.
Dua orang yang aku kenal bentuk tubuhnya melewati lapangan rumput gelap menuju ke stadion Quidditch, berbelok masuk ke celah di antara deretan tempat duduk, dan masuk ke lapangan. "Mereka apakan lapangannya?" Cedric bertanya marah, terhenti kaget. Dia masih belum melihatku.
Lapangan Quidditch memang tak lagi halus dan rata. Sekarang lapangan ini telah membentuk tembok panjang rendah di sekeliling, dan tembok itu berbelok serta bersilang ke segala arah.
"Ini pagar tanaman!" kata Harry, membungkuk
untuk memeriksa tembok yang paling dekat."Halo!" Bagman bersuara amat riang kepada mereka berdua.
Harry dan Cedric mendatangi kami, melompati pagar-pagar. Fleur tersenyum kepada Harry ketika dia sudah dekat. Sikapnya terhadap Harry berubah total sejak Harry menyelamatkan adiknya dari danau.
Cedric masih terlihat marah karena kaget. Jelas sekali dua orang ini pecinta Quidditch tidak mungkin akan suka lapangan kesayangan mereka berakhir seperti ini.
Aku mengerling pada Cedric, dia mengangguk mencoba mengerti sambil melompat pagar-pagar.
"Nah, bagaimana pendapat kalian?" kata Bagman gembira ketika Harry dan Cedric melompati pagar terakhir.
"Tumbuh subur, kan? Tunggu sebulan lagi dan Hagrid akan membuatnya tumbuh setinggi enam meter. Jangan khawatir," dia menambahkan, nyengir, melihat ekspresi wajah Harry dan Cedric yang tidak senang, "lapangan Quidditch kalian akan kembali normal setelah tugas ini dilaksanakan! Nah, kurasa kalian sudah bisa menebak apa yang sedang kami buat di sini?"
Sesaat tak ada yang bicara aku juga tidak ingin bicara. Kemudian....
"Maze," gerutu Krum.
"Betul!" kata Bagman. "Maze. Tugas ketiga sebetulnya sangat jelas. Piala Triwizard akan diletakkan di tengah maze. Juara yang pertama menyentuhnya akan mendapat nilai penuh."
"Kami cuma harus melewati maze?" tanya Fleur.
"Akan ada rintangan-rintangan," kata Bagman, berjingkat senang pada tumitnya. "Hagrid menyiapkan beberapa makhluk... ada sihir yang harus dipunahkan... hal-hal semacam itu, kalian tahu. Nah, juara yang angkanya paling tinggi mendapat kesempatan masuk lebih dulu ke dalam maze." Bagman tersenyum kepada Harry dan Cedric. "Disusul Mr Krum... kemudian Miss Delacour. Tetapi kalian akan punya kesempatan yang sama, tergantung bagaimana kalian menangani rintangan-rintangannya. "Asyik sekali, eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Golden Time | Cedric Diggory
FanfictionJangan terjemahankan atau republish cerita ini dimanapun. Alur sesuai buku dan film. He is not dead. Maybe. Silahkan dibaca terlebih dahulu. 13+ •Tahun Keempat : Harry Potter and the Goblet of Fire. Dalam Tahun ini akan banyak kejadian menarik di...