Kebencian

404 58 8
                                    

Setelah masuk kedalam kamar aku langsung segera mandi. Hawa dingin langsung menyerap memasuki kulitku.

Ketika aku sudah selesai dan berganti piyama untuk tidur, terlihat Hermione masih berkutat dengan bukunya seperti biasa.

Lavender dan Parvati sudah terlihat tidur nyenyak karena memang sudah larut. Aku mendekat pada Lavander dan merapatkan selimutnya yang jatuh sambil menghanduki kepalaku.

Selanjutnya aku berjalan ke cermin untuk  melihat penampilanku, oke juga ternyata.

" Ayo tidur!" Kata Hermione sudah menutup bukunya dan berjalan ke arah ranjangnya. Aku mengangguk dan berjalan ke arah ranjangku.

Ketika sudah hampir menutup mata, jendela di sebelah ranjangku di ketuk. Ketukannya pelan dan berjeda. 

Aku langsung saja turun kembali dari ranjang dan membuka jendela. Burung coklat kecil ada disana membawa satu amplop berwarna putih yang dialamatkan padaku.

Aku mengambil suratnya dan burung itu mematuk ujung jariku yang masih terbabat dengan kain . " Aduh!" Kataku begitu dipatuk.

Aku mengibas-ngibas tanganku supaya rasa sakitnya dapat hilang, tapi tetap saja masih terasa sedikit berkedut untung saja tidak berdarah.

Aku membaca tulisan pada amplop sambil berdiri. Aku tidak mengenal tulisan tangan siapa itu.

Kennya
Kamar perempuan Gryffindor.

Hermione yang dari tadi belum tidur dan masih duduk di ranjangnya mengamatiku " Dari siapa?" Tanyanya terlihat penasaran.

Aku mengendikan bahu " Tidak tahu..." Kataku sambil mulai menimang-nimang akan membuka atau tidak.

" Jangan-jangan dari pembaca Witch Weekly." Kata Hermione terlihat parno.

" Mungkin," Kataku menerima kemungkinan itu
" tapi aku penasaran siapa tahu dari penggemarku lagi seperti tahun lalu." Kataku sambil nyengir bercanda.

Dulu saat kelas tiga aku lumayan sering dapat surat yang sebenarnya tidak bisa aku sebut penggemar. Tapi kadang isi suratnya lucu juga. Ada yang mengirimiku puisi dan menyamakanku dengan bulan padahal bulankan penuh lubang tapi aku tidak berlubang. Ada yang menyatakan perasaan dan ada yang mengajak bertemu tapi aku tidak pernah mau menemuinya, bukan karena sombong, hanya waspada pada diri sendiri.

Aku membuka suratnya dengan hati-hati. Setiap huruf yang ditulis sama seperti tulisan yang ditulis untuk Hermione, menggunakan tempelan kata dari Daily Prophet atau majalah lainnya. Aku membacanya dengan seksama sambil duduk di tepi ranjangku.

Kau tidak perlu tahu dari siapa, tapi mungkin begitu lihat kau akan tahu aku siapa....

Aku cuma mau bilang, hanya karena kau cantik dan terserahlah itu, kau tidak perlu sering menangis seperti itu, sebaliknya kau malah terlihat menyebalkan.

Dulu kau menangis karena Diggory mengajak Cho, aku tahu kau menangis saat malam natal!
Kemudian ada berita kau menangis lagi perkara Harry. Dasar gadis sombong tidak tahu malu. Kau pasti merebut Diggory hanya kerena kau tidak bisa bersama Harry-kan? dan Harry terlihat suka Cho, jadi kau mau main balas dendam.

Jujur saja caramu murahan, hanya dengan modal menangis kau bisa dapat Diggory itu sangat memalukan. Tapi menurutku Cho lebih pantas bersamanya dan karenamu Cho menjadi menderita. Semoga kisahmu dengan Diggory akan sama muramnya seperti ceritamu dengan Harry.

SalaM maniS daRi
OranG yAng BeNci KaU.

Aku menggeleng kepala setelah membaca surat itu setelahnya aku tertawa muram yang serat akan kemurkan. Dasar sok tahu kehidupan orang batinku dalam hati.

Our Golden Time | Cedric Diggory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang