Bab 18: Hari Pernikahan

260 19 5
                                    

"Enggak, Mah, enggak usah, biar Illeana sama Rexton aja."

10 jam telah berlalu setelah Rexton dan Illeana melaksanakan upacara pernikahan dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka menyalami satu per satu tamu yang kebanyakan Rexton dan Illeana tidak kenal.

Kini keduanya berdiri di depan gedung pernikahan bersama dengan beberapa kerabat serta keluarga. Di sela-sela salam perpisahan, ibu Rexton justru berusaha menahan Illeana dan meminta Rexton dan Illeana untuk pulang ke rumah, sementara Rexton ngin langsung pulang ke apartemennya.

Masih tak ingin menyerah, Ibu Rexton dengan drama tangisannya berusaha menahan Illeana yang ingin masuk ke dalam mobil pengantin, "Nginap di rumah malam ini saja ya, Rexton. Kasihan Illeana pasti capek. Huhu ..."

Rexton memutar bola matanya. Bukan hanya Illeana yang lelah setengah mati saat ini, Rexton juga sama. Rexton juga harus tetap tersenyum kala rasa lelah menderanya, ditambah sekarang harus menghadapi drama sang ibu yang tak rela melepas menantu yang merangkap anaknya itu.

"Ma ..." Kali ini Illeana yang memanggil, kemudian tanpa di duga gadis itu memamerkan otot lengannya, "Tenang aja, Illeana kuat. Illeana pasti bisa hadepin Re---"

Belum sempat Illeana menyelesaikan perkataannya, Rexton sudah lebih dulu mendorong Illeana masuk ke dalam mobil. Meski senja sudah berlalu dan matahari perlahan terbenam, rasanya semangat (mesum) Illeana itu tak pernah pudar.

Melihat Illeana yang protes pada Rexton karena mendorongnya tiba-tiba, Ibu Rexton pun tidak kuasa menahan senyumnya, terlebih saat melihat ekspresi kesal Illeana yang terlihat imut itu.

Rexton mengerutkan keningnya kala melihat ibunya kini berusaha mempertahankan tangisannya di saat tawa sedang berusaha mendorong keluar. Sepertinya dampak Illeana sudah merambah kepada ibunya.

"Udah ya, Mah ..." Rexton sekali lagi menenangkan sang ibu.

Rexton berusaha mencari bantuan ke sekitar, namun tanpa sadar pandangannya justru jatuh pada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya di antara kerumunan.

Rexton merasa jantungnya berhenti saat mereka tanpa sengaja bersitatap. Detik terasa lambat saat Rexton menemukan Jourell dalam pandangannya.

Menyadari hal itu, Rexton buru-buru mengalihkan perhatiannya saat tahu pandangan Jourell sedari tadi terpaku padanya.

"... B-biar Illeana pulang ke apartemen Rexton aja, Ma," lanjut Rexton dengan nada terbata.

Tanpa mendengar balasan sang ibu, Rexton segera masuk ke dalam mobil dan menutup pintu, ia tak lupa menurunkan kaca mobil dan berbicara pada sang ayah, "Pah ... titip Mamah, ya."

"Iya, hati-hati di jalan, Rexton."

Sementara sang ibu memegang sapu tangannya seraya mengusap sudut matanya seolah sedang meratapi kepergian Rexton, "Huhu ... Rexton ... cepat beri Mama cucu ya."

"Mah ...." Rexton malu setengah mati saat ibunya mengungkit perihal cucu di depan banyak orang.

Setelah memberikan salam perpisahan, mobil yang mengantarkan Rexton dan Illeana melaju, meninggalkan keluarga dan kerabat dekat Rexton  di tempat.

"Rexton ... mau pakai gaya apa nanti?"

Mendapati pertanyaan itu, Rexton tidak menjawab, ia justru membalikkan badannya dan memunggungi Illeana. Dengan tangan yang bersedekap, Rexton berusaha memejamkan mata, berniat tidak menghiraukan racauan Illeana yang dari seminggu lalu itu berusaha mendekatinya.

Usai insiden pertemuan Rexton dengan Jake, Rexton terus dalam mode mendiamkan Illeana, bahkan Rexton tidak segan untuk tidak pulang ke apartemen sehingga mereka baru kembali bertemu pagi tadi saat pernikahan.

Jahat? Entahlah, Rexton juga tidak mengerti perasaannya sendiri.

Rexton merasa kalah di banyak hal apabila dibandingkan dengan Jake. Jake adalah teman semasa kecil Illeana, tentu saja Jake lebih tau banyak hal tentang Illeana, dibandingkan Rexton.

Dan sejujurnya Rexton tidak suka dengan kenyataan itu.

***

Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, akhirnya Rexton dan Illeana sampai di apartemen Rexton.

Rexton melemparkan tuksedonya ke sembarang arah, kemudian masuk ke dalam kamar. Ia merebahkan dirinya ke atas ranjangnya yang kini sudah berubah ukuran menjadi queen size.

Rasa lelah yang sedari tadi mendera kini mulai mengambil alih seluruh tubuhnya. Kedua mata Rexgon yang terasa berat perlahan tertutup dan pandangan Rexton lambat laun menggelap.

Hingga akhirnya Rexton jatuh terlelap.

***

Hari Ketiga,

Ting .. tong ..

Baik Rexton maupun Illeana, mereka sama-sama membuka kedua matanya, melihat satu sama lain sampai pada akhirnya mereka memutuskan tautan bibir mereka.

Rexton segera menjatuhkan pandangannya pada tubuh Illeana yang bagian atasnya terekspos, buru-buru Rexton membetulkan letak apron yang dikenakan Illeana dan menggendong Illeana masuk ke dalam kamar. Rexton menurunkan tubuh Illeana di atas ranjang.

"Ganti pakaian lu, okay?" pinta Rexton yang disambut anggukan oleh Illeana. Rexton tersenyum, kemudian mencuri kecupan kilat dari Illeana.

"Gua liat tamu dulu ya. Keluar kalo lu udah siap, biar tamu sama gua aja, okay?"

"O-okay, Rexton."

Rexton meninggalkan Illeana dengan senyuman. Setelah ia menutup pintu kamar, Rexton beranjak ke layar interkom apartemennya. Di sana ia melihat kumpulan temannya sedang menunggu di depan dengan hadiah-hadiah yang dibawa mereka.

Spot jantung yang dirasakan Rexton tadi seketika hilang saat melihat wajah konyol teman-temannya itu. Rexton menekan tanda speaker pada layar interkomnya sehingga mereka dapat berkomunikasi satu sama lain.

"Pergi," ujar Rexton dengan nada datar. Kalau saja teman-temannya itu tidak datang, Rexton akan bermain satu atau dua ronde lagi dengan Illeana, tapi semua kini hanyalah harapan.

Selamat kepada teman-teman Rexton karena mereka sudah mengacaukan pernikahan penuh gairah Rexton.

"Ayolah, Rexton, masa kita diusir? Kita 'kan udah jauh-jauh dateng ke sini." Marco tampak membujuk Rexton, sementara Harris menyambutnya dengan nada riang.

"Iya nih kita kan mau liat sodara ipar."

"Sodara ipar?" Chris mengangkat sebelah alisnya.

"Ya terus apa dong? Kakak ipar kan enggak mungkin, adik ipar apa lagi. Mending sodara ipar, kan."

Rexton menepuk keningnya sendiri saat mendengar penjelasan Harris.

"Lah emangnya lu sodaranya Rexton?" tanya Chris.

"Bukanlah."

"Kalo gitu temen ipar lah, bego!" gas Ramon, kesal saat mendengar perdebatan tak masuk akal antara Harris dan Chris.

"Orang-orang gila ini ... apa yang mereka ributin di depan apartemen gua sih," rutuk Rexton sembari melihat layar interkom di depannya. Tampak Marco berusaha menengahi pertengkaran bodoh teman-temannya.

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang