Bab 28: Perkelahian

109 10 7
                                    

Saat istirahat makan siang, Rexton mati-matian mencari celah untuk kabur dari incaran staf perempuan yang sedari tadi mengejarnya.

Kabar mengenai dirinya sebagai anak baru sudah menyebar di mana-mana, banyak perempuan muda yang mencoba mendekatinya, membuat Rexton merasa risih dan akhirnya memilih bersembunyi.

Rooftop menjadi pilihan Rexton bersembunyi kala itu. Rexton mendengar tak banyak karyawan yang menggunakan rooftop pada jam istirahat.

Setelah lengkap membawa makan siangnya, Rexton tadinya ingin langsung membuka pintu yang menghubungkan tangga terakhir dengan rooftop, namun suara embusan napas menahan langkahnya.

Ada orang juga, ya. Pikir Rexton.

Rexton sudah berniat menyapa orang yang juga tengah beristirahat di rooftop, tetapi obrolan mereka menghentikan seluruh niatannya.

"Si Rexton itu kelebihannya apa, sih? Banyak banget yang demen sama dia. Mia, Rita, Jihan, terus siapa lagi tuh dari divisi finance. Semuanya ngejar-ngejar dia, kayak dia paling yang cakep aja. Heran deh sama selera cewek-cewek zaman sekarang. Butut amat."

Mendengar namanya disebut, Rexton memilih untuk mendengar percakapan tersebut.

"Lu kenal sama dia, kan, Son? Dia satu divisi sama lu, bukan?"

Son, Rexton tentu tahu siapa yang dimaksud oleh orang itu. Jason, anggota yang satu divisi dengannya.

"Hahh ... capek banget gua ngehadepin dia. Salah mulu hari ini. Gua yakin kalo gua enggak ngeliatin kerjaannya tiap jam pasti enggak bakal ada yang bener. Gua juga heran apa sih yang diliat dari cowok cantik model begitu. Jelas-jelas masih ada kita yang jomblo keren begini."

Dan benar saja orang yang berbicara itu adalah Jason, sebab Rexton mengenali suaranya.

"Babik, hahaha ..." balas lawan bicara Jason yang tidak dikenal oleh Rexton.

"Yah, gimana ya, kalo diliat-liat, Rexton itu enggak ada apa-apanya. Dia aja baru kerja setelah dua tahun lulus. Ngapain aja coba itu anak? Pantes aja kerjaannya enggak ada yang bener."

"Hah? Serius lu? Dia nganggur dua tahun?"

"Kayaknya sih," jawab Jason, "Mungkin aja anak orang kaya makanya bisa nganggur selama itu. Kita mah boro-boro, ya kan bro? Orang-orang kayak kita harus berjuang demi sesuap nasi."

"Kayak bener aja omongan lu, Son." Lawan bicaranya membalas, "Tapi ada benernya juga sih."

"Bener dong," jawab Jason penuh percaya diri. "Lagian, lu tau kan Pak Frans? Pak Frans itu galaknya bukan main sama anak baru, apalagi sama kita-kita. Tapi, sumpah tadi pagi enggak ada tuh gurat-gurat serem di wajah Pak Frans. Malah mesem-mesem sendiri ngeliat Rexton. Gua yakin kalo Pak Frans disuruh ngejilat ujung sepatunya Rexton, Pak Frans bakal mau deh."

"Parah lu, Son," lawan bicara Jason memberikan respon, "Kalo bener anak orang kaya sih paling juga bawaan orang dalem. Bisa jadi Pak Frans tuh."

Jason tertawa kering saat mendengar dugaan teman bicaranya, "Enggak yakin sih, lebih yakin kalo dia itu cowok simpenannya Pak Frans."

Mendengar ucapan Jason yang terselip ledekan kepadanya, Rexton sudah tidak bisa menyembunyikan dirinya lebih lama lagi.

Bruk!

Rexton mendorong keras pintu masuk menuju rooftop, membuat kini seluruh atensi tertuju padanya.

Dalam hitungan detik, Rexton lantas melemparkan bekal makan siangnya ke wajah Jason yang masih terdiam, memperhatikannya.

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang