Setelah teman-teman Rexton satu per satu pergi meninggalkan apartemen, Rexton merapihkan kembali bencana yang mereka bawa ke dalam apartemen. Sesudah memastikan apartemennya kembali bersih, Rexton masuk ke dalam kamar dan menemukan Illeana masih berada dalam posisi tidur yang sama seperti saat terakhir Rexton tinggalkan.
Melihat hal itu, Rexton berdecak dalam hati. Tangannya kemudian mencari saklar dan menyalakan lampu kamar, membuat keadaan lebih baik dengan cahaya yang menemani kesuraman dalam kamar.
Illeaan menggerakkan tubuhnya membuat gundukan di ranjang terlihat semakin menggemaskan meski itu bukan maksudnya.
"Kenapa dinyalain lampunya?!" Protes Illeana tak terima.
Rexton mendekatkan tubuhnya ke arah Illeana dan memeluk tubuh mungil gadis itu saat dirinya sudah berada di atas ranjang yang sama dengan Illeana, membuat Illeana semakin memberontak.
"REXTON!" Illeana menyembulkan wajahnya dari balik selimut. Alisnya bertaut dengan dahi berkerut. Matanya menatap tak suka ke arah Rexton yang saat ini sedang memperhatikannya dirinya.
Buru-buru Illeana bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk di atas ranjang. Rexton mengikuti pergerakan Illeana membuat Illeana merasa jengkel setengah mati saat melihat wajah Rexton. Seperti orang polos yang tak tahu apa-apa. Dan itu semakin menyebalkan dalam pandangan Illeana.
"Aku benci sama kamu, Rexton!"
"Lu kenapa, Na? Gua ada buat salah?" tanya Rexton yang membuat Illeana membuang pandangannya.
Rexton kemudian mengingat-ingat kembali apa yang terjadi belakangan ini. Tak ada masalah, semua baik-baik saja, bahkan mereka semakin erat beberapa hari ini. Kemudian ingatan Rexton terlempar pada kedatangan teman-temannya. Ya, Illeana berubah saat Rexton meninggalkan Illeana di apartemen bersama teman-temannya.
"Apa temen gua yang buat salah?" tanya Rexton yang mengundang atensi Illeana. Gotcha! Seru Rexton saat menemukan akar masalahnya.
"Siapa? Chris? Marco?" tanya Rexton dan Illeana masih menutup mulutnya. Pilihan terakhirnya hanya satu, "Jourell?"
Saat Rexton mengajukan pertanyaan terakhir, Illeana menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Melihat gerakan Illeana ini, Rexton kembali mengajukan pertanyaan.
"Kenapa sama Jourell? Dia ngapain lu?"
"Enggak tahu. Tanya aja sama orangnya sendiri," ujar Illeana membuat Rexton mengembuskan napasnya perlahan, berusaha menyetok rasa sabarnya menghadapi Illeana yang sedang ngambek saat ini.
"Illeana, gua enggak bakal tau kalo lu enggak buka mulut lu. Plis, cerita sama gua ya. Gua kan enggak mau kalo tau masalah istri gua dari orang lain. Plis," ujar Rexton memohon.
Melihat Rexton memohon, Illeana sedikit luluh. "Oke, tapi kamu harus janji satu hal padaku. Kamu harus jawab apapun pertanyaanku."
"Oke, janji. Pokoknya janji."
"Sekarang jawab pertanyaanku, Rexton. Sebenernya apa hubungan kamu sama Jourell?"
"Y-yah, temen. Temen aja, Illeana. Emang kenapa?"
"Yakin cuma temen?"
Rexton tampak bingung saat mendengar pertanyaan Illeana. Matanya menatap linglung sebelum akhirnya mengangguk, mempertegas pernyataannya tadi.
"Rexton, kamu tau perasaan Jourell, kan?"
Rexton terbelalak saat mendengar pertanyaan Illeana. Darimana Illeana tahu tentang 'perasaan' Jourell?
Sebelumnya Rexton menutup mulutnya rapat-rapat mengenai kejadian itu, kejadian Minggu lalu dimana Rexton sedang galau-galaunya dengan Illeana dan Jake.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓
Romance[HINOVEL / KARYAKARSA / JOYLADA] SERI I THIRSTY: SADISTIC LOVER Illeana adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai usia dewasa belum pernah berhubungan intim dengan manusia, dan Rexton adalah pria yang terancam divonis impoten kar...