Bab 9: Perasaan Yang Mulai Menggila

519 33 5
                                    

Harris mematikan mesin mobilnya setelah ia memarkirkan mobil kesayangannya itu di basemen apartemen.

Jourell lebih dulu membuka pintu mobil, kemudian disusul Harris selanjutnya.

"Gua enggak ikut-ikutan ya kalo Rexton ngamuk dan ngusir kita," komentar Jourell setelah Harris sudah menyusul dan kini berjalan di sampingnya.

"Tenang, tenang," Harris berujar dengan nada tengilnya. "Kita cuma sebentar aja kok, semenit langsung balik. Gua cuma pengen liat aja cewe mana yang berhasil naklukin seorang Rexton, abis itu kita langsung balik. Beneran deh."

Jourell tidak membalas perkataan Harris, lebih memilih fokus dengan perjalanan mereka menuju apartemen Rexton.

Sesampainya mereka di sana, Harris langsung menekan bel apartemen Rexton.

"Lho kok tumben ya si Rexton enggak langsung ngebuka pintunya?"

"Coba sekali lagi."

Lagi, Harris menekan bel apartemen Rexton, tapi tidak ada sahutan dari dalam.

Harris menoleh ke arah Jourell dan Jourell hanya menghela napasnya. Apabila Harris ingin menanyakan keberadaan Rexton padanya, jelas sekali Jourell juga tidak tahu.

"Bentar gua telpon dulu."

Jourell mengeluarkan ponsel dari kantung celananya dan melakukan panggilan. Tetapi, sudah lima menit berlalu, Rexton sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan menanggapi telpon dari Jourell.

"Keluar kali," asumsi Jourell sembari menaruh ponselnya kembali.

Harris memberikan tatapan tidak percaya.

"Enggak mungkin."

Harris kemudian menempelkan daun telinganya ke pintu apartemen Rexton, "Gua denger suara grasak-grusuk dari dalam, kayaknya Rexton enggak pergi deh."

Harris kembali menekan bel pintu apartemen Rexton sembari berbicara, "Rexton, bukain dong pintunya!"

Lagi-lagi tak ada respon, membuat Harris merasa gemas. Rasa penasarannya sudah berada di pucuk kepala. Harris merasa kalau rasa penasarannya tidak dituntaskan hari itu juga, ia mungkin akan kembali ke apartemen Rexton dengan menjadi hantu penasaran karena tidak mengetahui bagaimana rupa Illeana.

"Rell, lu kan sering ke apartemen Rexton, lu tau passcodenya kan?"

Jourell mengalihkan pandangannya dari Harris saat mendengar pertanyaan itu.

"Tau, sih, tapi ..."

"Buka deh."

"Gila ya lu, masa main buka pintu apartemen orang gitu aja."

"Sekali ajaa~~"

"Enggak ah, Ris. Gua---"

Harris mengeluarkan jurus puppy eyes-nya, kemudian dengan suara yang berusaha diimut-imutkan, Harris membujuk Jourell, "Rell, lu masa tega sihh sama temen lu? Kalo Rexton kenapa-kenapa di dalem gimana? Eungg~~ Jourell~~"

Jourell yang melihat Harris bertingkah imut seketika merasa jijik. Rasanya ia ingin menghempaskan wajah temannya itu dari hadapannya.

"Iya, iya. Tapi gua enggak tanggung jawab ya kalo Rexton marah."

"Ahhh, Jourell terbaik deh."

"Diem."

Jourell kemudian menekan beberapa angka pada key di smart door lock dan terdengar kunci pintunya terbuka.

Buru-buru Harris membuka pintu apartemen Rexton, tetapi gerakannya terhenti saat ada seseorang menahannya dari dalam.

Tak lama, kepala Illeana menyembul dari dalam apartemen Rexton.

"Kalian siapa, ya?" Mata Illeana melirik ke arah Harris dan Jourell secara bergantian.

Harris nyaris berteriak kesetanan karena melihat kegemasan di depan matanya, sementara Jourell menahan napasnya sebentar kala tatapannya bertemu pandang dengan Illeana.

"Illeana, ya?" Tebak Harris, menahan getaran kegemasan pada nada suaranya.

"Iya, siapa ya? Kenapa tau aku?"

"Ahh! Aku, katanya! Aku!" Harris tidak dapat menahan histerisnya kala mendengar suara lembut yang keluar dari bibir Illeana.

Illeana sendiri yang menyaksikan kehebohan Harris hanya mengangkat sebelah alisnya bingung. Beruntung Jourell menyikut Harris agar tersadar.

"Sori, gua Jourell, dia Harris. Kita berdua temennya Rexton.

"Oh temennya Rexton." Illeana mengangguk-angguk sendiri, seakan mengerti. "Terus ada apa ya sampe kalian dateng ke sini?"

"Kita mau liat Ille---AKH!" Harris mengaduh kesakitan saat Jourell menginjakkan kakinya, sementara Jourell sang pelaku hanya mengulas senyum tipis ke arah Illeana.

"Rextonnya ada?"

Illeana tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Jourell, "Rexton lagi keluar. Katanya ada urusan. Enggak tau pulangnya sampe kapan."

Harris meng-oh ria saat mendengar perkataan Illeana.

"Jadi kita bisa ma---"

Sebelum Harris menyelesaikan ucapannya, Jourell kembali memotongnya karena dia sudah tau niatan Harris yang terlihat jelas di matanya, "Oh kalo Rexton enggak ada, kita balik dulu ya. Tolong bilang ke Rexton kalo tadi kita sempet mampir ke apartemennya."

"Oke."

"Makasih Illeana."

"Makasih Illeana, kita bakal sering mampir kok. Jangan ka---" Harris lagi-lagi tidak menyelesaikan perkataannya karena Jourell sudah keburu menariknya menjauh, tapi hal itu tak menghentikan Harris untuk mengirimkan love sign dengan ibu dan jari telunjuknya ke arah Illeana.

Illeana menatap aneh ke arah Harris dan langsung menutup pintu.

"Manusia aneh."

Perhatian Illeana lantas teralihkan pada Rexton yang masih bersandar pada sofa dengan kedua kakinya yang bergetar. Illeana tidak tahu berapa banyak Rexton telah sampai puncak kenikmatan.

***

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang