Seperti yang dijanjikan Rexton pada Illeana tadi pagi, Rexton benar-benar menepatinya, pemuda itu memutuskan pulang tepat sore hari, setelah jam pulang kantor.
Sementara itu, Illeana yang sedari tadi sudah menunggu di pintu masuk apartemen pun merasa senang bukan main tatkala mendengar bunyi yang berasal dari balik pintu yang ada di hadapannya, tanda bahwa Rexton tengah memasukkan beberapa angka pada smart lock doornya.
Tak lama dari itu, derit pintu ikut terdengar dan pada detik yang sama pula pintu di depan Illeana terbuka serta menampakkan Rexton yang memasuki apartemen dari celah yang terbuka setengah.
Binar di mata Illeana semakin bersinar kala menemukan presensi Rexton, tapi itu hanya bertahan beberapa detik saja. Sebab, binar-binar itu perlahan sirna saat kedua mata Illeana menangkap pemandangan yang tak mengenakan; Rexton pulang dalam kondisi wajah yang babak belur.
"Rexton, kamu kenapa? Kenapa wajahmu luka-luka seperti ini?" tanya Illeana sembari mendekat ke arah Rexton yang tampak lunglai di hadapannya.
Illeana memberi sorot khawatir kala dirinya memerhatikan wajah tampan Rexton yang terluka, berbeda dengan kondisi pagi tadi sebelum berangkat bekerja. Ibu jari Illeana lantas menyentuh sudut bibir Rexton yang sobek, membuat Rexton yang merasakan sentuhan lembut Illeana itu akhirnya meringis. Meski lukanya sudah diobati, tetapi rasa sakitnya masih tertinggal.
Illeana segera menarik tangannyakala mendengar ringisan Rexton yang menahan rasa sakit, "Sakit banget ya? Maaf, Rexton."
Rexton berusaha tersenyum meski sudut bibirnya yang terluka terasa kaku, susah untuk ditarik ke atas, "Enggak apa-apa, kok, sakit dikit aja, Illeana."
"Kenapa kamu bisa terluka begini, Rexton?"
"Tadi berantem sama temen kantor."
"APA? Berantem?!" Pekik Illeana terkejut. Pandangannya kemudian mengitari wajah Rexton berulang kali, memastikan bagian mana saja yang terluka. Saat ini tatapan Illeana begitu khawatir.
Apabila Rexton bisa menggambarkan, Illeana terlihat seperti benar-benar menganggap wajah Rexton adalah hal yang paling berharga baginya. "Siapa yang berani nyentuh wajah tampan Rexton ini?"
"Beri tahu aku, Rexton! Aku akan memberikannya pelajaran nanti! Siap-siap saja! Dia akan menerima serangan dariku!"
"Berani-beraninya dia menyentuh manusiaku yang berharga!"
Illeana sudah mengangkat kaus lengannya ke atas, tampak siap berkelahi untuk membela Rexton, membuat Rexton yang melihat Illeana heboh sendiri pun tertawa kecil. Kenapa Illeana begitu heboh hanya karena Rexton terluka?
Ini menggemaskan, Rexton tidak dapat mengelak perasaan menggelitik saat melihat Illeana berusaha melindungi dan membelanya dengan tubuh mungil dan ekspresi lucu gadis itu.
Tak kuasa menahan rasa senangnya, Rexton lantas menarik Illeana ke dalam pelukannya, "Enggak apa-apa. Semua udah lewat kok."
"Apanya yang enggak apa-apa, Rexton itu berharga. Rexton harus dilindungi."
Mendengar perkataan Illeana, tangan Rexton yang mengelus surai panjang Illeana seketika terhenti. Apakah ini reaksi yang diharapkan Rexton sedari tadi? Reaksi orang yang berpihak padanya. Orang yang marah untuknya dan membelanya.
Rexton tidak menyangka bahwa dia akan menemukan reaksi seperti ini dari Illeana, orang yang baru datang dalam hidupnya. Ingatan Rexton lantas terlempar saat siang tadi---saat pertemuan dengan ayahnya.
Seketika, saat itu Rexton tertawa kering dan berkata lirih, "Kenapa lu bilang begini? Padahal Papa yang jelas-jelas orang tua gua aja tadi lebih bela dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓
Romance[HINOVEL / KARYAKARSA / JOYLADA] SERI I THIRSTY: SADISTIC LOVER Illeana adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai usia dewasa belum pernah berhubungan intim dengan manusia, dan Rexton adalah pria yang terancam divonis impoten kar...