Bab 21: Kunjungan Teman (3)

204 20 6
                                    

Illeana terdiam saat mendengar perkataan Jourell barusan. Rexton impoten, mana mungkin! Jelas-jelas Rexton terus merespon sentuhan Illeana. Jourell pasti berbohong padanya.

Kini mata Illeana yang bergantian mengamati ekspresi Jourell, berusaha memindai ekspresi yang ditampakkan laki-laki itu. Namun semakin lama Illeana memperhatikannya, semakin meyakinkan pula wajah Jourell. Illeana sama sekali tak menemukan kebohongan atau keraguan pada air muka Jourell seakan Jourell yakin dengan perkataannya sendiri.

Illeana menggeleng, ia tidak ingin kalah dari Jourell, ia kemudian melayangkan pertanyaan pada Jourell, "Kamu pasti bercanda, kan?"

Illeana sengaja bertanya dengan nada suara yang begitu rendah. Tak ingin memancing Marco dan Chris yang masih sibuk di ruang tengah.

Jourell bersedekap dada saat mendengar pertanyaan Illeana. Bibirnya mencebik, sengaja menampakkan ekspresi kecewa yang dibuat-buat, "Terserah lu mau percaya atau enggak. Bukannya lebih bagus buat lu kalo lu langsung tanya Rexton dan membuktikan apa kata-kata gua tadi itu bener atau enggak."

Usai puas berbincang dengan Illeana, Jourell lantas berdiri, dirinya ingin menyudahi percakapan di antara mereka berdua. Akan tetapi, suara Illeana menghentikan niatannya.

"Kenapa?" tanya Illeana saat Jourell berdiri. "Kenapa kamu sangat yakin tentang itu semua?"

Jourell menoleh, matanya menatap lamat Illeana, memerhatikan seluruh ekspresi yang ditampakkan Illeana. Illeana terus saja bertanya. Jelas sekali Illeana tidak percaya pada perkataannya, membuat Jourell akhirnya tersenyum kecil saat menemukan fakta itu.

Jourell kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Illeana, kembali berbisik di daun telinga Illeana. "... karena Rexton lebih percaya sama gua,"

Setelah berbisik, Jourell menjauhkan dirinya, "Sebagai informasi buat lu, Illeana, Rexton juga tahu gimana perasaan gua ke dia. Jadi enggak ada satupun yang dirahasiakan sama dia ke gua, begitu pula gua. Kita berdua sering berbagi rahasia satu sama lain, termasuk rahasia tentang keberadaan lu, Illeana."

"..." Illeana terdiam, dalam hati dia ingin tahu makna perasaan yang dimaksud Jourell kepada Rexton. Akan tetapi, semakin Illeana pikirkan semakin ia mengerti apa maksud dari perasaan itu. Tak peduli seberapa banyak hatinya menyangkal, pikirannya hanya bermuara pada satu jawaban.

Jourell menyukai Rexton dalam arah yang romantis.

Puk,
Jourell menepuk bahu Illeana sembari tersenyum penuh kemenangan.

"Semangat, Illeana," ujar Jourell menyemangati Illeana, sarat akan ejekan, kemudian berjalan kembali ke arah Marco dan Chris.

Marco menyapa Jourell, "Abis ngobrol bareng Illeana tadi?"

Jourell mengangguk, kemudian melirik ke belakang dan menemukan Illeana masih terduduk di tempatnya. Marco pun mengikuti arah pandang Jourell dan mengangkat satu tangannya.

"Illeana, sini!" ajak Marco setelah memastikan persiapannya sudah selesai.

Illeana menoleh saat Marco memanggilnya, tetapi ia hanya menipiskan bibirnya membentuk senyuman, "Maaf, aku ingin kembali ke kamar. Kalian bersenang-senanglah di sini," pamit Illeana, kemudian berjalan kembali masuk ke dalam kamar.

"Kenapa dia? Lu enggak apa-apain kan, Rell?" tanya Marco.

Jourell mengangkat kedua bahunya sebagai reaksi atas pertanyaan yang diajukan Marco kepadanya.

Tak berselang lama, 20 menit kemudian, gerombolan Rexton, Harris, dan Ramon pun kembali ke apartemen.

Harris dan Ramon sudah terlebih dahulu pergi membawa kantong belanjaan mereka ke depan televisi dengan antusias, sementara Rexton yang masih melepas sepatunya hanya menatap apartemennya yang lenggang, tak menemukan keberadaan Illeana.

Rexton kemudian berjalan menghampiri teman-temannya, "Ada yang liat Illeana?" tanya Rexton.

"Tadi balik lagi ke kamarnya, Rex."

Mendengar jawaban Marco, Rexton kembali ke kamar dan menemukan Illeana yang bersembunyi di bawah selimut dalam kegelapan yang menyelimuti kamar.

Rexton sengaja tak menekan saklar lampu kamarnya dan berjalan menghampiri Illeana yang saat ini sedang terbaring di atas ranjang, Rexton ikut membaringkan tubuhnya di sisi kosong di sebelah Illeana. Tangannya kemudian melingkar di perut Illeana.

"Panas, Rex," protes Illeana sembari menyikut perut Rexton, tetapi Rexton sama sekali tak memedulikan keluhan Illeana, justru semakin mengeratkan pelukannya.

Illeana yang bersembunyi di balik selimut sudah seperti sebuah gundukan besar di ranjang yang tampak menggemaskan di mata Rexton. Rexton tak ingin melepaskan gundukan ini.

"Mau makan bareng-bareng di luar enggak?" tanya Rexton lembut.

Illeana menggeleng, membuat Rexton sedikit bangkit dari posisi tidurnya. Ingin melihat wajah Illeana, tetapi gadis itu menyembunyikan wajahnya dengan baik di balik selimut, hingga membuat Rexton pada akhirnya hanya mengusap pucuk kepala Illeana yang tertutupi selimut.

"Kenapa? Sakit ya bekas kemarin?" Rexton tak ingin menyerah meski Illeana masih mendiaminya seperti itu. "Atau karena tadi belum tuntas, hm?" pertanyaan Rexton terakhir datang dengan nada menggoda, berusaha mencairkan suasana, tetapi Illeana hanya terdiam.

"Illeana?" Kali ini Rexton kembali ke mode serius saat tak kunjung mendapatkan jawaban dari Illeana. Ia kemudian mendudukkan tubuhnya di atas ranjang, menghadap Illeana. "Lu enggak apa-apa, kan?"

Rexton berusaha menarik selimut dari tubuh Illeana, tetapi Illeana menahannya dengan kuat.

"Illeana?!" Seru Rexton saat mendapati sikap Illeana yang memberikan silent treatment padanya. Jadi begini rasanya. Biasanya Rexton yang bersikap seperti ini.

"Sudah, Rexton! Pergi ke temanmu! Aku ingin istirahat!" Seru Illeana yang ingin membuat Rexton menyerah.

Seketika Rexton teringat keadaan di luar. Ada teman-temannya di luar, mana mungkin ia memperlihatkan keadaan pernikahannya yang seperti ini pada teman-temannya.

Rexton kemudian turun dari ranjang, "Tapi, ingat! Kita bahas ini setelah teman-teman gua pulang, okay?"

Illeana tak menjawab, membuat Rexton memanggil namanya, "Okay, Illeana?"

"Iya, iya," jawab Illeana cepat, ingin menyudahi percakapan ini.

Mendengar jawaban Illeana, Rexton segera keluar dari kamarnya. Ia sangat yakin tingkah Illeana ini tak seperti biasanya. Pasti ada sesuatu di balik semua ini.

"Gimana Illeana, Rex? Enggak apa-apa?" Tanya Marco saat menemukan Rexton menutup pintu kamarnya.

Rexton berusaha tersenyum saat mendengar pertanyaan Marco, "Enggak apa-apa, cuma enggak enak badan aja kayaknya."

"Makanya kalo main itu jangan kelamaan, apalagi keseringan. Lu mah enggak mikirin keadaan cewek, sih." Celetuk Ramon saat Rexton sudah bergabung dengan mereka.

Rexton tak menjawab, hanya diam saja.

"Gimana enggak sering? Lu belum tau aja gimana Illeana, entar kalo lu ngobrol baru deh tau gimana dia," sambar Chris tanpa menoleh ke arah Ramon, pemuda itu sedang sibuk dengan ayam goreng dan tontonannya.

"Iya deh si paling tau Illeana, gua mah apa atuh," sindir Ramon sambil mengambil ayam goreng untuk kedua kalinya.

Dalam hati Rexton mengamini perkataan Chris. Mana mungkin alasan Illeaan berdiam diri di kamar karena permainan mereka berdua, secara Illeana adalah succubus yang energinya didapatkan dari kegiatan dewasa.

Saat otaknya tengah berpikir, tanpa sengaja Rexton mengangkat pandangannya dan menemukan Jourell sedang memperhatikannya dalam diam. Seketika tubuh Rexton merinding kala mendapati tatapan Jourell yang begitu dalam seakan ingin menelanjangi dirinya.

Buru-buru Rexton mengalihkan pandangannya. Menghindari tatapan Jourell.

Rexton hanya tidak tahu bahwa akar permasalahan ini muncul berasal dari Jourell, orang yang dihindarinya mati-matian belakangan ini.

***

DE(VI)LICIOUS SERIES [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang