"Jika aku membunuhmu apakah kamu akan terima?"
Mendengar perkataan Sungkyung sontak membuat tubuh Donghwan membeku di tempatnya, terlebih tatapan mata Sungkyung seolah-olah serius ingin membunuh adiknya sendiri. Dengan susah payah Donghwan menegakan kepalanya dan menatap sang kakak dengan wajah mengiba "Jika memang itu bisa membuat noona memaafkan ku maka lakukanlah" cicit Donghwan dengan suara tertahan
"Hah---bocah bodoh! Lalu setalah aku membunuhmu aku akan di coret dari daftar keluarga dan akan mendekam di dalam penjara. Itu yang kamu inginkan EOH!!!
"Lalu aku harus apa supaya noona memaafkan ku--- noona---"
Untuk pertama kalinya Sungkyung melihat adik kecilnya itu mengiba dengan suara sendu bahkan untuk pertama kalinya pula Sungkyung melihat Donghwan menangis. Selama 21 tahun hidup bersama Donghwan, Sungkyung yakin jika adiknya itu baru terlihat sedih 2 kali dan yang terakhir ini adalah adik kecilnya menangis dengan air mata yang membasahi kedua pipi mulusnya
"Ck, sungguh menyusahkan"
Sungkyung mendecih sebal saat melihat bagaimana Donghwan yang selalu terlihat kuat dan tidak pernah menangis tiba-tiba menangis di hadapannya "malu dengan perbuatan mu jika pada akhirnya kamu menangis seperti itu"
Mendengar sang kakak menegurnya Donghwan dengan sigap langsung mengusap air mata yang keluar dari kedua matanya
"Keluarlah noona mau istirahat" dengan patuh Donghwan keluar dari kamar sang kakak memberikan waktu untuk wanita cantik itu beristirahat. Bagi Donghwan dengan Sungkyung mau menegurnya saja itu sudah cukup
Setelah Donghwan keluar dari kamarnya, Sungkyung beranjak dari tempat tidur dan mengunci pintu kamarnya. Gadis itu berjalan menuju meja rias dimana Donghwan tadi duduk di tatapnya sebuah foto yang menunjukan potret dirinya dengan Donghwan beberapa tahun yang lalu
Semarah dan sekecewa apapun Sungkyung pada sang adik tetep saja Sungkyung tidak bisa selamanya membenci Donghwan. Hidup mereka saling bergantung satu sama lain, yang membedakan nasib keduanya hanyalah perlakuan kedua orangtuanya. Dulu saat sebelum Donghwan lahir Sungkyung di paksa untuk hidup selayaknya anak perempuan tangguh. Bahkan setelah Donghwan lahir Sungkyung merasa dunia hanya berfokus pada Donghwan si anak laki-laki penerus masa depan keluarga
Sungkyung mengusap foto dirinya dan Donghwan sekilas sebelum akhirnya meletakkan kembali di tempatnya "Jangan pernah mengecewakan noona--- Noona memang kecewa tapi Noona akan semakin sakit saat melihat mu terluka"
***
Seperti hari-hari sebelumnya Sungkyung keluar kamar dengan eksepresi wajah yang tidak menampilkan gurat bahagia, kecewa, atau marah, yang ada di wajahnya saat ini hanya ekspresi datar dan juga acuh. Biarlah begini bagi Sungkyung yang terpenting adalah kewarasannya tetap terjaga diantara kedua orangtuanya
"Bagaimana hubungan mu dengan tuan muda Ahn? Jangan sampai kamu mengecewakan ayah dan ibu, mereka sudah banyak membantu keluarga kita. Jadi tunjukan rasa hormat dan sopan santunnya pada mereka"
Serentetan kalimat langsung tuan Lee sampaikan pada Sungkyung saat gadis itu baru saja duduk di meja makan
"Apa pedulinya kalian tentang aku? Bukannya kalian tidak pernah peduli padaku sejak dia lahir"
Suasana pagi yang seharusnya penuh dengan kehangatan berubah 180° menjadi mencekam sejak dua minggu terakhir. Perang dingin antara Sungkyung dan juga kedua orangtuanya sukses membuat pagi yang cerah berubah menjadi pagi yang buruk
"KAMU" geram tuan Lee sambil meletakan alat makannya dengan kasar
"Aku selesai--- terimakasih makanannya" tanpa mau ambil pusing dengan emosi sang ayah yang baru saja dirinya sulut Sungkyung beranjak dari rumah keluarga Lee menuju kantor dimana dirinya bekerja
KAMU SEDANG MEMBACA
Via Dolorosa
FanfictionTentang sebuah perjalanan manis-pahitnya kehidupan sepasang anak manusia. Kisah yang seharusnya tidak pernah di mulai, karena pada akhirnya kisah itu tak kunjung berakhir