Dengan sisa tenaga yang di miliki Sungkyung berjalan seorang diri ditengah dinginnya malam kota Seoul, entah apa yang ada di pikiran gadis berusia 26 tahun itu. Masih dengan aroma alkohol yang belum hilang dari napasnya, Sungkyung kembali menambahkan dosis alkohol dalam tubuhnya. Gadis itu kini terlihat menggenggam seplastik bir dan juga Soju
Sambil menatap kearah sungai Han yang membentang jauh mengaliri kota Seoul, Sungkyung kembali menenggak bir yang sudah di bukanya dan mengalirkan rasa pekat dari barley yang terasa pahit dan juga hangat disaat yang bersamaan
Masih dengan emosi dan kesedihan yang entah kapan akan berakhir Sungkyung meraih ponselnya dan menghubungi seseorang yang dapat ia jadikan teman cerita, dalam benaknya Sungkyung berharap Kiyong dapat menemaninya melewati masa-masa yang suram dalam hidup gadis malang ini
Dering pertama
Dering kedua
Dering ketiga
Hingga pada dering yang keempat seseorang di seberang sana mengangkat panggilan dari Sungkyung
"Kiyong-a... Mianhae menghubungi mu tengah malam seperti ini" sapa Sungkyung dengan suara parau seperti orang habis menangis ataupun bangun tidur "Kiyong-a apakah mereka akhirnya akan peduli padaku jika suatu saat aku benar-benar menghilang dari hidup mereka? Hari ini aku bertengkar hebat dengan appa, kamu tau Donghwan kembali membuat ulah dan untuk kesekian kalinya appa terus saja membelanya---bah--bahkan demi membela Donghwan ayah rela menampar ku---" pertahanan yang sedari tadi Sungkyung bangun agar tidak menangis akhirnya runtuh juga. Gadis itu menangis sesenggukan sambil sesekali melanjutkan ceritanya meskipun tidak terdengar jelas oleh orang di seberang sana
"Dimana?"
"Eoh?"
"Kamu dimana?" Suara di seberang sana terdengar sedikit tinggi saat harus mengulangi pertanyaan yang sama agar Sungkyung paham ucapannya
"Ah---na" terdengar kekehan dari bibir Sungkyung yang terasa sumbang "wae? Gwenchana--- gumawo sudah mengkhawatirkan ku, mianhae menggangu istirahat mu--anyeong uri chingu" tanpa menunggu balasan dari orang di seberang sana Sungkyung langsung meletakkan ponselnya begitu saja di samping tempat duduknya. Gadis itu masih tak menyadari jika ponselnya masih terhubung dengan seseorang di seberang sana
***
Satu jam sudah Sungkyung duduk di tepi sungai Han sambil menangis dan menghabiskan beberapa kaleng bir dan juga beberapa botol soju. Gadis itu tak menyadari jika tak jauh dari tempatnya duduk seseorang memandanginya dengan tatapan iba dan juga kasihan
Merasa sudah lega setelah menenangkan diri Sungkyung memutuskan untuk mulai beranjak dari tempat duduknya, baru juga akan berdiri tubuh tinggi dari gadis berusia 26 tahun itu mulai oleng dan hampir terjerembab jatuh
"Jika kamu lelah kamu bisa menghubungiku, kenapa tidak memanfaatkan keberadaan ku seperti kamu memanfaatkan uang ayahku untuk membantu adikmu?"
Dengan kesadaran yang sudah sangat menipis Sungkyung berusaha melihat siapa orang yang menopangnya hingga tidak terjatuh "Ahn Hyo Seop-ssi?"
***
Silau mentari pagi menyusup masuk kedalam celah tirai yang membatasi antara kaca dengan pemandangan kota. Seorang gadis cantik dengan rambut yang terlihat berantakan itu mulai meregangkan tubuhnya yang terasa lemas dan juga lelah, kepalanya pun seperti berputar-putar dan rasa mual mulai menghantam perutnya
"Arhgg kenapa pusing sekali?" Geram gadis yang tak lain adalah Sungkyung "ini di mana? Sepertinya aku tidak pernah melihat tempat ini?" Matanya terus menelisik setiap jengkal tempat dirinya berada, tempat yang begitu asing dan juga baru jelas dapat ia rasakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Via Dolorosa
FanfictionTentang sebuah perjalanan manis-pahitnya kehidupan sepasang anak manusia. Kisah yang seharusnya tidak pernah di mulai, karena pada akhirnya kisah itu tak kunjung berakhir