Part 1

172 30 24
                                    

Aku manusia yang terlahir kembali dengan setengah cahaya baru.

.
.
.
.
.

PLAKKK!!

"Bangun lo!" Seorang cewek dengan kasar menarik tangan Mezza hingga terduduk dari kasur. Justru Mezza telah diselamatkan dari mimpi buruk dalam tidurnya setiap malam.

Dengan wajah yang masih kalut dan rambut yang semerawut, Mezza menatap sayup-sayup seorang cewek yang sudah berpakaian rapi mengenakan outfit modis.

"Jangan nyusahin semua orang rumah, bisa?!" bentaknya sesudah melayangkan tamparan keras ke kepala Mezza. Rambut Mezza yang sudah berantakan tersibak menutupi wajahnya.

Satu pria berseragam security yang bertugas untuk mendrobrak pintu kamar Mezza langsung pergi ketakutan. Satu wanita lagi berlari menghampiri Mezza yang tanpa perlawanan. Dia langsung meraih tubuh Mezza ke pelukannya.

"Non Zivana, udah, biar Bu Janet yang ngurus Non Mezza," pinta Janet.

Zivana masih mengepal erat jari-jemarinya menatap marah adik perempuannya. "Manja banget sih!! Lo tuh udah SMA, jangan jadi beban terus!" Dia lalu melangkahkan kakinya keluar kamar dengan segenap emosi yang sudah dia lampiaskan pada adiknya.

Masih dalam pelukan Janet, tangan Mezza makin erat melingkar di tubuh wanita berambut pendek itu.
"Non Mezza nggak berangkat sekolah?" tanya Janet menata rambut Mezza. Dia lalu menghela napas melihat majikannya yang dunianya sudah berubah, tapi tidak melewatkan kebiasaannya setelah bangun tidur mencium aroma tubuhnya. Kata Mezza, parfum rasa mint milik Janet itu bisa menenangkan hatinya.

🍂🍂🍂

Suara deru motor dan mobil beradu. Klakson dari setiap arah saling bersahutan, membuncah riuh jalan raya. Seutas pita ditarik oleh Janet, menyibakkan rambut Indah Mezzaluna Azzahrah. Jemari Janet mulai menari, mengepang rambut panjang gadis itu yang semula hanya disanggul sederhana. Tidak ada yang melihat aktivitas yang berlangsung di dalam mobil itu.

Mata Bulat Mezza hanya terpaku pada pemandagan di luar mobil. Berlahan sinar di matanya itu terlahang oleh kacamata yang Mezza pakai. Penampilan cantiknya berubah menjadi gadis culun yang mungkin tidak akan ada orang yang sudi meliriknya.

"Aku suka kepangan Bu Janet," puji Mezza pelan.

"Rambut Non Mezza bagus, lebih baik tidak dikepang, nanti cepat rusak," saran Janet tetap merapikan kepangan rambut Mezza yang sudah dia anggap selayaknya anak kandung.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Janet mengintip dari kaca mobil yang ia buka setengah. "Biar saya bicara ke satpamnya ya?" ucapnya melihat gerbang sudah tertutup rapat.

"Nggak perlu, Bu Janet. Biar aku sendiri. Bu Janet langsung pulang aja." Mezza keluar dari mobil dengan cengkraman erat di tali tasnya. Sejenak ia meneguk salivanya. Rasa cemas yang melanda jiwanya pun memuncak saat dia tetap berjalan menghampiri gerbang sekolah, seakan-akan dia melangkah menuju pintu neraka.

Mobil yang mengantarkan Mezza sudah pergi sesuai perintah darinya.

Mezza mengintip sekitar halaman depan sekolah, mencari satpam, dan segera memohon agar dibukakan. Tapi tidak ada seorang pun di sana, hanya seorang guru yang entah muncul dari mana langsung menghampirinya.

"Kamu siswa di sekolah ini?" tanya guru laki-laki yang dia ketahui adalah guru BK yang masih berpatroli di sekitar halaman sekolah.

Padahal sudah jelas-jelas tertempel badge SMA Rajawali di saku Mezza. Seragamnya hari ini juga sesuai jadwal, putih abu-abu. Apa wajahnya memang seasing itu untuk dikenali. Cewek pendiam, anti sosial, juga tidak pernah membuat sensasi. Dia tidak punya peran apapun di sekolah ini selain menjadi warga sipil.

MEZZALUNA [TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang