Part 31

19 12 2
                                    

Mezza dan Adrian mendapatkan izin dari Salma untuk masuk ke kamar Suha.

Adrian langsung menunjukkan ponsel Suha yang pernah Ia temukan dalam kardus berisi beberapa barang berharga Suha. Ia lalu mencari charger untuk menghidupkan kembali baterai ponsel itu.

Salma bergegas membantu mereka. Ia memberikan sebuah charger handphone yang kemudian Adrian colokkan ke stop kontak dekat meja belajar Suha.

Cukup menunggu lama, layar ponsel berhasil menyala. Mezza langsung mengambil alih ponsel Suha. Ia membuka daftar pesan yang sudah tertimbun dan kadaluwarsa.

Luna:
-24 Maret 2019-
Kamu mau peran itu kan?
Mari kita akhiri di rooftop sekolah.

Setelah membaca pesan itu, Mezza bergerak keluar kamar. Adrian lantas mengejar Mezza. Tak lupa berpamitan dengan Salma.

🍂🍂🍂

Mezza buru-buru keluar taksi menuju gedung sekolah. Sementara Adrian yang terus mengekori gadis itu, ikut keluar taksi. Dia lalu menarik tangan Mezza sebelum satpam sekolah melihat mereka.

"Kita lewat jalan lain," ajak Adrian.

Selain hari minggu sekolah sepi dan semua guru juga staf pasti tidak berada di sekolah, tentunya mereka akan lebih banyak mendapatkan pertanyaan dari satpam tentang keperluan mereka dan siapa mereka sampai berani masuk ke SMP Cendikia. 

Keduanya berhasil masuk naik tembok belakang sekolah. Adrian kali ini mendengus kencang melihat Mezza yang terus berlari meninggalkannya. Ia lantas mengejar Mezza yang terus mempercepat langkahnya dari tangga ke tangga menuju atap sekolah. Sesampainya di sana, cewek itu bertekuk lutut di tengah-tengah atap gedung. Adrian dengan napas yang terengah-engah mendekati Mezza. Ia melihat begitu terpuruknya cewek itu meratapi tempat sahabatnya berakhir meninggal dunia secara tragis. Meski pada kenyataannya, dia pun merasakan hal yang sama.

Adrian berjalan melintasi Mezza. Dia terus melangkah dengan kakinya yang mulai goyah. Sampai di ujung atap gedung. Melihat ke bawah sangat gamang. Ia tak bisa membayangkan Suha jatuh dari tempatnya berpijak sekarang.

Suara napas Adrian berhembus dengan berat. Remasan tangannya berlahan merenggang. Entah dia dendam pada siapa? Dia hanya menyesal karna tidak tahu apa pun yang terjadi pada Suha. Mungkin semua memang sudah jalannya, gadis yang memiliki senyuman paling damai di matanya berakhir dengan kesedihan yang paling sesak dalam hatinya.

Apalagi Mezza. Cewek itu masih tertunduk atas segala penyesalan dan dukacitanya. Hingga menit-menit berlalu Ia pun menatap lurus. Dia melihat sosok cewek berdiri di tepi atap gedung sekolah. Mezza mengerjapkan matanya yang samar-samar.

Bukan. Itu Adrian. Tapi sedetik berubah lagi menjadi sosok siswi berseragam SMP. Siswi itu melambaikan tangan seolah hendak terjun ke bawah.

"Suha," lirih Mezza.

Mezza memegangi kepalanya yang pening. Dia mulai berhalusinasi. Ia pun kembali menatap lurus. Kini Ia melihat sosok yang berdiri di sana memang Adrian. Namun kaki cowok itu terangkat membuat Mezza ketakutan. Dengan langkah berat, Mezza menarik lengan Adrian.

Iya. Lengan itu.

Lengan siapa?

Bayangan samar muncul lagi dalam ingatan Mezza.
Adrian hanya mematung melihat jemari Mezza yang gemetaran. Yang pasti, tadi Mezza hanya berhalusinasi melihat Adrian akan loncat.

Lengan siapa? pikiran Mezza terus bertanya.

"Lepasin aku!"

Suara Suha. Itu suara Suha, kan?

MEZZALUNA [TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang