"Cih! Gue dikatain cabul lagi"
Adrian tidak bisa berhenti senyum-senyum sendiri. Dia terus berpikir apakah tadi malam yang datang benar Mezza? Penglihatannya bahkan tidak dapat menangkap tas astronot kucing ketika melayang ke arah perutnya. Cewek itu melesat hilang begitu saja dari pandangannya. Adam juga tidak berhenti menertawainya semalaman. Opini kakaknya kalau Mezza geli melihat dada bidang dan perutnya yang berotot. Mengingat kata-kata Adam membuatnya malu.
Beberapa orang yang menunggu bus di halte sampai memperhatikan siswa SMA yang membawa dua tas tersandang di pundaknya depan-belakang itu. Adrian berniat mengembalikan tas kucing itu ke pemiliknya. Karna tidak tahu lokasi rumah Mezza, lebih baik dia menyangkingnya sekalian ketika berangkat sekolah. Pesannya bahkan baru dibalas oleh Mezza subuh tadi kalau cewek itu akan mulai masuk sekolah lagi.
Adrian buruh-buruh masuk ketika bus sampai di halte. Adrian duduk paling belakang, di kursi panjang pojok. Tak lama kemudian kursi sampingnya juga diisi oleh seorang cowok yang memakai seragam sepertinya.
"Serahin tas kucingnya sama gue!" pinta cowok itu pada Adrian.
Adrian terkejut melihat Gama yang sudah duduk di sampingnya. Siswa satu kelasnya itu tidak pernah Adrian temui naik bus. Gama biasa membawa motornya. Bahkan Adrian mendengar Gama menyuruhnya melepaskan tas kucing yang dia bawa. Perintah Gama membuat Adrian makin memeluk tas itu. Dia malah memberikan uang lima ribu pada Gama. "Nggak perlu tas kucing juga kali yang lo palak!"
Gama berdecak melihat uang lima ribu di tangannya. Dia lalu menyalurkan uang itu kepada pria tua yang duduk di sampingnya. "Sedekah, Pak."
"Makasih ya, Nak. Baik banget kamu. Tau saja kalau bapak mikirin tambahan uang yang kurang buat bayar ongkos busnya. Semoga dapat nilai bagus di sekolah," ucap bapak tua itu sangat bersyukur.
Gama tersenyum ramah atas pujian bapak itu padanya, meskipun penampilannya tidak mendukung, sekaligus doa-doa dari bapak itu yang semoga teramini.
Adrian mangap lebar. Uang dari malak justru dikasih lagi untuk sedekah? Gama benar-benar keterlaluan. Dia menolong orang lain dengan uang hasil kerja haram."Nggak ada ya sedekah, ngasihnya uang haram," tegur Adrian.
"Uang haram? Gue nggak nyuri, lo yang kasih uang itu buat gue. Karna gue nggak butuh, makanya gue kasih bapak-bapak di samping gue," jelas Gama.
Adrian dongkol memiringkan tubuhnya menghadap Gama. "Terus lo mau apa nyuruh gue nyerahin tas kucing ini?"
"Itu miliknya Mezza," pungkas Gama membuat Adrian mengerjapkan matanya sekilas. "Lo nggak tau rumahnya Mezza, kan? Jadi biar gue yang ngembaliin tuh tas kucing. Jangan malu-maluin bawa tas kucing itu ke sekolah."
"Nggak," tampik Adrian. "Kasih tau gue alamatnya rumah Mezza sekarang. Biar gue sendiri yang nganterin."
"Mezza nggak ngizinin gue untuk ngasih tau alamat rumahnya ke sembarang orang."
"Gue temannya," celetuk Adrian.
"Bagi Mezza, teman itu bukan orang yang penting di hidupnya."
"Terus lo siapa? Teman sekelas juga, kan?" Adrian menarik kerah seragam Gama hingga membuat seluruh penumpang menoleh ke arah mereka. Tersadar beberapa orang mulai ketakutan kalau sampai kedua siswa itu bertengkar, Adrian tak lama melepaskan cengkramannya itu.
Gama tersenyum miring. Di balik wajah Adrian yang ramah dan tenang, cowok itu bisa main kasar juga sepertinya.
"Selama ini lo nggak tau gue siapa?" tanya Gama.
Adrian geleng-geleng kepala dengan wajah frustasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZALUNA [TERBIT]✔
Fiksi Remaja{Cerita ini sudah terbit di Teori Kata Publishing. Bonus Chapter versi novel cetak) ••••••• *Cerita ini tentang anak-anak yang beranjak remaja, yang merasa kehilangan tempat untuk pulang, juga sebagian dari mereka yang sedang mencari jatih diri. Cer...