Jepretan kamera berkilat-kilat, menyorot panggung peluncuran film. Beberapa aktor dan aktris ternama duduk di depan untuk menceritakan kesan mereka selama proses syuting. Terlihat Ehan dan Zivana mengapit tempat duduk Brama selaku produser film tersebut.
Terkejutnya sebelum acara selesai, wartawan malah berlarian menuju seorang gadis yang baru saja muncul bersama Lucy. Para wartawan berusaha mencari celah agar mendapatkan informasi tentang anak bungsu pemilik Luciana Films yang baru-baru ini sering dibicarakan.
Mezza menatap satu per satu wajah para wartawan yang asing berdesakkan sembari menyodorkan microfon maupun alat perekam.
"Apakah Luna akan terjun ke dunia perfilman?"
"Bagaimana jika ada tawaran film buat Luna?"
Berbagai pertanyaan acak membuat Mezza tak bisa berbuat apa-apa. Sementara Lucy terus menarik tangannya untuk menghindari wartawan dibantu oleh beberapa pengawal Brama. Acara peluncuran film sampai terhenti sejenak.
"Lain kali, biarkan aku menjawab pertanyaan mereka," ucap Mezza ketika sampai di depan gedung perusahaan Luciana Films.
"Apa kamu yakin, Luna?" tanya Lucy masuk ke dalam mobil lebih dulu.
"Baik Mezza ataupun Luna, aku tetap hidup di duniaku yang sekarang." Mezza membuka tas astronot kucing yang Ia sandang sejak tadi. Meongan kucingnya membuatnya tak tega dan memilih menggendongnya.
"Aku udah putuskan. Biar Kak Zivana yang menjadi bintang Luciana Films, dan aku akan membantu papa di balik layar," lanjut Mezza, “sejak dulu, aku lebih suka membuat cerita daripada menjadi pemeran cerita.”
“Jadi itu yang ingin kamu lakukan? Menulis naskah film? Atau kamu mau jadi sutradara?” tanya Lucy membiarkan anaknya memilih jalannya sendiri. Selama ini, Mezza hanya ingin menggapai impian kedua orang tuanya agar menjadi aktris.
“Aku mau jadi penulis naskah film. Biar papa nggak pernah kehabisan film yang mau digarap, lalu Kak Zivana nanti akan sering memainkan peran yang aku ciptakan,” kekehan Mezza bersama mamanya.
Tak lama Zivana dan Ehan menghampiri mereka. Kebencian Zivana pada adiknya tidak akan musnah hanya karna sikap lembut Mezza. Seberapa pun rasa sayang Mezza pada Zivana yang dianggap kakak kandunya, Zivana tetaplah Zivana. Tidak ada perubahan dari sikap kasarnya. Namun kalimat yang barusan dia dengar dari mulut Mezza membuat hatinya tersentuh sedikit.
"Ehan," sapa Lucy keluar lagi dari mobil. Dia melihat ke sekitar lobi yang kosong wartawan. Rupanya dua pasangan kekasih dalam sebuah film yang sejam lalu rilis berhasil keluar tanpa ada satu pun wartawan yang menguntit mereka.
"Kamu jadi kuliah ke London habis ini?" tanya Lucy.
Ehan hanya merendahkan kepalanya. Ia melirik Mezza yang sibuk bermain dengan Ruby. Padahal di sampingnya, Zivana terus meliriknya. Mana mungkin Ia tak sedih mendengar orang yang dia cintai pergi keluar negri dan akan terpisah jarak dengannya untuk beberapa tahun.
"Iya, Tan. Sesuai rencanaku setelah menyelesaikan film ini," jawab Ehan.
Mezza memurunkan kucingnya dan menarik-narik tangan Zivana hingga membuat cewek itu risih. Adik perempuan yang memberi kode agar kakaknya segera bertindak sebelum penyesalan baru tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZALUNA [TERBIT]✔
Teen Fiction{Cerita ini sudah terbit di Teori Kata Publishing. Bonus Chapter versi novel cetak) ••••••• *Cerita ini tentang anak-anak yang beranjak remaja, yang merasa kehilangan tempat untuk pulang, juga sebagian dari mereka yang sedang mencari jatih diri. Cer...