”Aku dan Nesa cuma membully anak itu setiap hari. Tapi pagi itu, kita semua melihat lapangan sekolah udah diberi palang polisi. Siapa yang tahu anak yang kita bully itu loncat dari atas gedung,” lanjut Starla.
Udara malam makin dingin, masuk dari celah-celah jendela kamar Andrian yang tak tertutup rapat. Mereka terus membicarakan orang yang sudah meninggal secara tragis. Adrian melihat tangan Starla yang mulai gemetaran.
Sejak mengenal Starla selama setengah semester. Cewek itu masuk kelas Bahasa lalu pindah ke kelas IPS hanya agar bisa bersama Adrian. Mereka teman satu kelompok saat orientasi sekolah, mereka juga sudah akrab sejak itu. Adrian yang terkesan murung di awal pertemuan, dan Starla dengan baiknya menarik tangannya, menjadi tempat curhatnya. Semua masa lalunya ia ceritakan pada Starla, namun dirinya tak pernah mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan tentang masa lalu cewek itu.
Di mana sebelumnya Starla sekolah?
Apa dia juga mengenal Suha?
Apakah Strala punya hubungan dengan keluarga Mezza? Melihat Ehan pernah menjemput Mezza.
Dengan terpaksanya Adrian mengacaukan rencana belajar kelompok mereka berdua. Beberapa pertanyaan itu akhirnya dijawab semua oleh Starla. Dia sudah membuat cewek yang bersamanya kini menangis ketakutan. Sayangnya tidak membuat tatapan Adrian merasa bersalah. Dia justru amat kecewa atas kejujuran Starla.
”Kamu dan Nesa? Kamu dulu berteman sama cewek berandal itu? Kamu juga membully Suha? Kenapa, La? Apa dia begitu lemah?” cercah Adrian.
Starla meletakkan tangannya di atas meja. ”Nesa lebih daripada berandal! Dia itu ular!” Starla begitu kenal Nesa. Cewek itu memang pandai mengadu domba. Bisikannya setajam iblis. Nesa datang saat itu hanya membantunya untuk membalaskan dendam. Entah apa tujuan dan keinginan cewek itu dalam hidupnya sendiri. Nesa paling semangat membully siswa lemah, dan merangkul siswa-siswa yang punya kekuasaan.
”Tapi nggak seburuk aku, Yan. Bokap kita adalah sahabat. Sayangnya, Mezza jarang sekali bicara denganku. Aku pun sangat benci Suha, dia selalu Mezza pilih untuk jadi sahabat. Itulah kenapa, aku sangat senang ketika melihat mereka bermusuhan. Aku langsung ikut-ikutan saat Nesa merundung Suha. Aku memang jahat kan, Yan?”
Starla menundukkan kepalanya, sementara Adrian langsung meraih tangannya. ”Makasih ya, La. Kamu udah jujur aja, itu udah cukup buatku,” balas Adrian lembut, meski hatinya sangat kecewa.
Starla pun berani menatap Adrian. ”Selamatkan Mezza, Yan. Aku yakin dia nggak sepenuhnya bersalah," tukasnya. "Yang aku tahu, Mezza hanya kecewa. Dia selalu menghindari apa pun yang membuatnya kecewa. Bahkan, dia nggak mau menyentuh Suha sama sekali."
🍂🍂🍂
Ruangan teater mulai diramaikan oleh anggota ekstrakulikuler tersebut. Mereka semua melingkar menyaksikan satu per satu anggota latihan berakting. Sampai akhirnya, aktivitas itu dihentikan oleh pembina teater yang baru saja masuk ruangan.
"Oke, anak-anak, siap berperang di festival teater Sidney?”
Semua anggota bertepuk ria, tak sabar mempersiapkan penampilan teater pertama kalinya di negara orang yang diselenggarakan pada tiga bulan depan.
"Tapi sayang, nggak semua anggota bisa ikut. Karna hanya ada beberapa karakter dalam teater ini.”
Pengumuman itu membuat para anggota teater berdegup kencang. Semuanya berharap bisa mengikuti acara megah itu. Namun mereka harus bersiap untuk kecewa jika menjadi salah satu yang tidak terpilih.
Sementara dua siswa ada yang saling berpelukan dan sama-sama tersenyum manis di tengah-tengah suasana yang menegangkan. Suha memeluk pundak Luna, lalu berbisik manis, ”pasti kamu yang jadi peran utama.”
![](https://img.wattpad.com/cover/344697961-288-k578623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZALUNA [TERBIT]✔
Novela Juvenil{Cerita ini sudah terbit di Teori Kata Publishing. Bonus Chapter versi novel cetak) ••••••• *Cerita ini tentang anak-anak yang beranjak remaja, yang merasa kehilangan tempat untuk pulang, juga sebagian dari mereka yang sedang mencari jatih diri. Cer...