Part 3

58 25 8
                                    

"Kenapa nggak dipanggil Anshu aja?"

"Kamu tahu kata 'dog' jika di-translate-kan ke dalam Bahasa Jawa?"

"Aku tau, tapi nggak mau nyebut!"

"Alasan itu aku jijik sama namaku sendiri kalo dipanggil Anshu!"

"Jangan lihat namanya, makna dari nama depan kamu itu bagus."

"Iya. Sinar Matahari..."
________________________________

Nesa langsung duduk di kursi yang dipilihnya. Dia melempar senyum kepada siswa di sampingnya. "Gue nggak papa, kan duduk di sini?" izin Nesa setelah terlanjur menempatkan posisi pantatnya dengan benar di kursi.

"Teman sebangku gue jarang masuk, lo harus pindah kalau dia masuk kembali," ketus Adrian tersenyum miring. Dia langsung memperkenalkan dirinya pada Nesa, lalu mengubah bentuk senyumnya. Makin manis.

Bu Helena mengetuk penghapus papan tulis ke meja. "Hari ini kita belajar tentang teori-teori terbentuknya Tata Surya,” mulai Bu Helena menulis bagan pembagian teori terbentuknya Tata Surya.

”Yah, Bu males. Udah sejak SD, yang dipelajari Tata Surya mulu!” protes Revaz.

”Diam dulu, nanti saya kasih kejutan!” balas Bu Helena masih melanjutkan tulisannya.

"Habis ini ada rapat guru ya, Bu?!" celetuk Revaz. Siswanya yang satu itu paling semangat jika mendapat jam kosong, tapi sayangnya bukan kejutan seperti itu yang akan Bu Helena sampaikan.

Bu Helena menghelah napas. ”Susah ya ngelawan siswa yang rasa ingin tahunya tinggi!” keluhnya membuat satu kelas tertawa.

“Iya, Bu. Apa sih kejutannya?” penasaran yang lain membuat kelas riuh.

“Okay, akan saya kasih tahu sebelum materi saya jelaskan,” ucap Bu Helena angkat bicara. ”Untuk hari minggu depan kalian, saya akan adakan kegiatan Literasi. Kita akan berkunjung ke Planetarium,” jelas Bu Helana.

Sorakan gembira dibarengi dengan tepuk tangan meriah, juga beberapa siswa yang adu tos membuat Bu Helena tersenyum. Anak muda seperti siswa-siswinya memang sangat suka momen itu.

“Sebelum itu, kalian harus tahu ilmu tentang tata surya, jadi masih mau dilanjut?” intruksi Bu Helena. Semua siswa pun patuh dan mengambil posisi terbaik mereka untuk mendengarkan penjelasan Bu Helena.

🍂🍂🍂

Adrian melihat Mezza yang masih berdiri di depan gerbang sekolah. Siswi itu sibuk melihat ke arah ponselnya. Adrian dengan motornya lalu menghampiri Mezza. Dia lalu mengeluarkan tumbler dari tas, dan memberikan pada pemiliknya. Tak lupa memutar kunci motornya untuk mematikan mesin.

Mezza hanya melirik sekilas wajah Adrian yang tersenyum padanya. Tangannya langsung mengambil tumbler miliknya. Ia pun kembali sibuk mengecek layar ponsel yang menyala. Siswi itu selalu terlihat cemas di mana pun berada. Membuat Adrian merasa dirinya adalah pengganggu.

”Kenapa masih di sini?” jutek Mezza melirik Adrian yang tidak juga enyah di sampingnya.

”Lo ngajakin gue bicara?” Adrian terkekeh karna pada akhirnya Mezza-lah yang membuka obrolan.

”Enggak juga.” Mezza menelan salivanya.

Adrian malah semakin santai duduk di atas motornya. ”Oh iya, nilai geografi lo semester kemarin paling bagus kan?" Dengan dalih itu, Adrian berusaha membuka obrolan lebih panjang yang sekiranya pantas untuk ditanyakan agar dia tidak terkesan seperti menggoda cewek yang berdiri sendirian di sampingnya sekarang.

MEZZALUNA [TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang