Part 30

25 13 3
                                    

🌹Happy Reading🌹
.
.
.
.

Detik jarum jam hampir menyentuh angka bel pulang. Nesa terus memperhatikan jam dinding yang berada di atas papan tulis. Kehidupan membosankannya sudah dimulai. Mood-nya sudah hancur sejak tadi pagi. Baru sampai lobi sekolah dia sudah digiring ke ruang kepala karna tertangkap basah telah merekayasa berita bohong tentang Mezza. Beruntung dia tidak dikenakan hukum berlapis, hanya membersihkan ruang guru. Berkat Mezza juga yang meminta keluarganya untuk tidak menuntut Nesa dan pamannya.

Seakan bumi berotasi dengan cepat, momen yang paling menyebalkan ketika Nesa masuk kelas pada jam istirahat. Semua siswa memasang ekspresi sinis padanya. Tidak ada satu pun yang mau berbicara dengannya. Kecuali Revaz yang masih menyapanya dengan senyuman genit. Bahkan Nesa melihat kursi samping Elsie sudah tergantung tas Mezza. Ia pun bosan sendiri duduk paling belakang tanpa ada yang menganggap keberadaannya.

Jam pelajaran sudah berakhir, tidak untuk penderitaannya. Semua siswa dapat secepatnya pulang, tidak untuk dia.

"Mezza duluan ya!" Beberapa siswi yang berhamburan keluar kelas bahkan sekarang tidak melupakan Mezza.
Nesa amat geram melihatnya. Dia melirik Elsie yang sudah melambaikan tangannya pada Mezza. Siswi yang duduk di depannya itu masih memasukkan kotak makan ke dalam tas.

Langkah yang pendek menyetarakan posisi Nesa berdiri di samping Mezza. Ia menyenggol bahu Mezza dengan tatapan memelas.

"Hari ini nggak ada yang temenin gue piket kelas. Lo kan baik nggak kayak mereka, masa lo nggak mau bantuin gue?" mohon Nesa tidak pernah berubah menganggu kehidupan Mezza.

Mezza menoleh setelah menyandang tasnya. Tatapannya menciut pada Nesa. Di masa SMP mereka, Nesa hanya sebatas teman sekelasnya, cewek itu tiba-tiba paling semangat memihaknya saat hubungannya dengan Suha memburuk, setelah kematian Suha, dia kehilangan pembelaan dari Nesa. Bahkan dia balik dirundung oleh siswi itu.

Perisakkan yang dilakukan oleh Nesa beralih fokus padanya. Sejak itu juga kehidupan masa SMP-nya tidak pernah tenang. Di hari pertama Nesa menjadi siswa baru di sekolah SMA-nya, Mezza yang sudah memulai kehidupan barunya, kembali diingatkan oleh kesalahan di masa lalunya. Tampang Nesa bahkan tidak menunjukkan rasa bersalah. Dia tidak merasakan bahwa apa yang menimpahnya hari ini akibat dari ulahnya sendiri.

Tangan Mezza lalu ada yang menarik keluar bangku. Adrian menatap tajam Nesa. Dia tidak akan membiarkan Mezza kembali dimanfaatkan oleh cewek jelmaan ular itu.

"Kalo lo kesepian, Revaz ada untuk lo," balas Adrian.
Nesa langsung mendengus keras. Tidak ada Gama, Adrian juga bisa melindungi Mezza. Seluruh dunia ini seolah diciptakan untuk menjaga cewek itu. Meskipun pandangan itu amatlah sempit. Nesa hanya melihat begitu beruntungnya Mezza, dia tidak pernah melihat apa yang Mezza lalui selama ini. Dia tidak sadar bahwa dia pernah begitu menyiksa cewek itu.

Revaz melangkah lebar untuk mengambil jarak dekat Nesa. Dia melirik cewek yang tetap saja membuatnya jatuh cinta, seburuk apa pun karakternya.

"Vaz, kalo cinta, jangan buta ya. Jangan terlalu terlena sama jenis ular kayak dia, kena bisanya sedikit aja, lo bisa mati," cibir Adrian menepuk bahu Revaz.

"Kalo lo bisa jinakin singa kayak Mezza, gue juga bisa jinakin Nesa yang kayak ular," balas Revaz langsung mendapatkan jotosan dari Nesa pada bagian bahunya.

Revaz hanya mengelus bahunya. Dia tersenyum melihat wajah Nesa yang murung. "Gue bantuin apa nich? Nyapu?" Cowok itu berlari mengambil sapu di belakang pintu kelas.

"Lo juga jangan diam aja kalo dibantu! Jangan dibiasain bergantung sama orang lain!" celoteh Revaz.

"Cerewet lo jadi cowok!!!" Nesa menendang kesal kursi di depannya.

"Nasihat suami kan gitu, kalo istrinya gg benar yang dikasih tau." Cuitan Revaz membuat Nesa ingin mual.

MEZZALUNA [TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang