SIAPA LUNA? MEZALUNA?
_____________Tubuh Mezza tersentak dari tidurnya.
”Mimpi lo jam segini?”
Dia menoleh ke asal suara di depannya. Kalut dia memandangi Gama yang sedang menertawakannya. Mezza pun menepuk jidatnya karna ketiduran di tempat yang bukan selayaknya. Dia mengajak Gama ke perpustakaan umum malah dia yang tidur, sementara cowok dengan penampilan berandal itu menikmati bacaannya. Entahlah, buku apa yang membuat Gama tertarik untuk membaca.
”Emang jam berapa sekarang, Gam?” tanya Mezza.
”Jam 19.13,” jawabnya, ”udah malam!”
”Hah? Lo kok nggak bangunin gue sih!” suara nyaring Mezza membuat salah satu petugas perpustakaan memberi isyarat untuk menurunkan volume suaranya.
Gama kembali terkekeh pelan.
Mezza mulai berbisik, “pulang yuk! Bu Janet pasti nungguin!” Dia menyandang tasnya dan pergi begitu saja tanpa menunggu Gama yang sepertinya belum menamatkan bacaannya.
Gama lantas berdiri dengan malas. Sesaat, dia mengalami tabrakan kecil dengan seorang wanita. Dia langsung menundukkan kepalanya untuk minta maaf. Entah sejak kapan sikap sopannya itu terlihat di diri seorang Gama. Wanita yang membawa anak kecil laki-laki, yang mengekor di belakangnya itu hanya menatapnya. Gama yang sekarang melihat wajah wanita itu meneguk salivanya.
”Mama,” suara Gama meredup bersamaan panggilan anak laki-laki pada wanita itu.
Wanita itu duduk jongkok. ”Sayang, kamu bisa cari bukunya duluan?” pinta wanita kepada anak laki-lakinya yang masih sekolah dasar. Ia lalu memberi tatapan penuh pada pemuda yang berdiri di depannya.
Bocah itu mengingatkan Gama pada masa kecilnya. Suara gaduh barang terlempar sana-sini selalu Ia dengar setiap malam. Dia hanya bisa menyumpal kedua telinganya.
"Bawalah Gama bersama pria kaya itu? Atau aku akan terus mengusik hidupmu?!" Nada tinggi ayahnya tidak bisa Gama tenggelamkan dalam sumpalan tangannya di telinga.
"Aku udah muak tinggal bersamamu."
"Jadi kau ingin mengakhiri ini?!"
"Ya. Aku akan angkat kaki dari rumahmu malam ini juga!"
Sejak saat itu, suara wanita yang dulunya dia anggap ibunya menghilang begitu saja.”Kamu udah tumbuh dewasa,” terlihat mata wanita itu mulai berkaca-kaca, ”senang mendengar kamu masih mengingat mama,” ucapnya dengan bibir yang bergetar. Dia ingin sekali memeluk anak yang sudah Ia tinggalkan sepuluh tahun yang lalu. Tapi tangannya hanya bisa meremas bahunya sendiri.
”Bukan aku yang menyebutmu mama. Aku tumbuh dewasa sendirian tanpa orang tua, jadi aku nggak pernah menyebut panggilan apa pun untuk mereka,” tegas Gama langsung pergi begitu saja meninggalkan wanita itu yang belum sempat mengatakan sesuatu padanya lagi.
Gama hanya melintasi Mezza yang memilih kembali menjemput cowok itu yang belum juga mengikutinya. Sempat Mezza melihat wanita yang tadi berbicara dengan Gama mengusap air matanya. Lalu seorang anak laki-laki yang menghampirinya dengan girang, membawa satu buku.
”Mama, aku dapat bukunya!”
Mezza langsung berlari mengejar Gama. Tentu Gama menunggunya di parkiran depan perpustakaan umum. Mezza menghampiri dengan langkah pelan menuju motor Gama. Cowok itu hanya diam, membentuk eskpersi wajah penuh dendam.
”Yang tadi itu siapa?” tanya Mezza, meski dia mulai menebak-nebak.
”Mamanya Malvin,” jawab Gama singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZALUNA [TERBIT]✔
Teen Fiction{Cerita ini sudah terbit di Teori Kata Publishing. Bonus Chapter versi novel cetak) ••••••• *Cerita ini tentang anak-anak yang beranjak remaja, yang merasa kehilangan tempat untuk pulang, juga sebagian dari mereka yang sedang mencari jatih diri. Cer...