Part 10

47 21 0
                                    

"Semua lokasi sudah ditentukan dan sudah mendapat perizinan. Dana untuk proyek film ini juga sudah mencukupi. Semua kru syuting sudah dipilih bagian-bagiannya. Tinggal pemeran utamanya yang belum fix karna Ehan Zaviar belum memberi keputusan. Kalau dia menolak, kita harus segera menentukan penggantinya supaya proyek film ini segera dikerjakan!" Brama sedang berbicara panjang lebar di telpon.

"Iya, Pak Hengky. Terima kasih atas kerja samanya," sambungnya. Brama lalu meletakkan ponselnya di atas meja kerja. Dia hendak melanjutkan pekerjaannya, namun kehadiran putri sulungnya membuatnya teralihkan. Zivana yang sudah berdiri di depannya nyaris membuatnya kaget.

”Pa, kasih kesempatan dua minggu lagi buat Ehan. Aku yakin dia mau kok! Aku akan bujuk dia lagi,” pinta Zivana. Sepertinya cewek itu ikut mendengarkan obrolan ayahnya dengan sutradara.

Brama menghela napasnya pelan sembari menutup laptopnya kembali. ”Kita nggak bisa menunda jadwal syutingnya. Lagian masih banyak aktor yang cocok memainkan peran itu.”

"Kalau Ehan menolak, aku juga pengen diganti!"

"Nggak bisa!"

"Tapi aku mau sama Ehan, Pa!"

”Zivana!” bentak Brama membungkam Zivana. Dia lalu berdiri mendekati putri sulungnya itu dengan helaan napas kencang. "Proyek film ini sangat besar, makanya papa pilih kamu, bukan  untuk dipasangkan sama Ehan, tapi biar kamu juga ada perkembangan. Jangan kecewakan papa!" jelasnya.

Zivana hanya menundukkan kepalanya. Kalau Ehan benar-benar akan menolak, dia pasti gagal membuat Ehan menjadi pasangannya di film yang digarap oleh ayahnya. Susah-susah dia berusaha menyarankan Ehan kepada ayahnya dan sutradara yang digandeng ayahnya sekarang untuk merekrutnya menjadi pemeran utama. Tapi Ehan malah bersikap seolah tidak butuh tawaran itu.

"Aku pastikan Ehan menerima tawaran ini! Dia aktor terbaik, Pa sejak dia masih SMA! Tapi dia bahkan nggak pernah mendapatkan tawaran syuting film di bawah naungan Luciana Films!"

Brama hanya menatap Zivana yang berbicara lantang. Mata anaknya perempuan sulungnya itu berkilat. Seakan-akan dia menantang ayahnya sendiri.

"Aku akan buktikan kalau permohonan aku nggak akan sia-sia!" sambung Zivana.

Brama memegang erat kedua pundak Zivana. Menatap dalam-dalam pupil mata anaknya. "Buktikan saja bakat kamu dalam dunia akting!!" tekan Brama.

Zivana menutup matanya sekejap, lalu membuang muka sembari melepaskan tangan ayahnya dari pundaknya.
”Papa selalu aja menaruh semua harapan tinggi papa sama anak papa! Dan aku selalu takut nggak bisa memenuhi harapan itu.” Zivana pun keluar dari kantor kerja ayahnya. Ia pergi dengan tangan terkepal kuat dan wajah kesalnya.

Di depan pintu, Zivana mendapati Lucy yang baru saja datang. "Kamu di sini, Zi?" Wanita dengan penampilan glamor. Dari topi fedora sampai  gaun, makin ke bawah hak tinggi, lalu tas yang diselempangkan ke bahu, semua serba ungu.

"Ada yang ingin aku obrolin sama papa." Hanya itu yang Zivana jawab dari pertanyaan ibunya.

"Nanti, jangan lupa, kamu ada undangan di acara Show sama mama.” Lucy memperingatkan anak perempuan sulungnya.

"Tampil yang terbaik," pesan Lucy sebelum Zivana pergi.

Sesampainya di rumah, Zivana melemparkan asal tas branded-nya ke sofa ruang tamu. Di sana ada Janet sedang membaca majalah. Ia langsung tersentak kaget melihat Zivana duduk di sampingnya dengan napas yang tidak beraturan. Posisi Janet di rumah ini memang tidak bisa disebut sebagai pembantu rumah tangga. Dia bisa melakukan apa saja selayaknya tinggal di rumah aendiri. Lagian majikannya sudah menganggapnya bagian dari anggota keluarga.  Terlihat dari pakaian Janet yang rapi dengan Blazzer hitam lengkap dengan kemeja putih dan rok hitam mini. Janet hanya ditugaskan menjaga Mezza. Kadang dia juga memberikan perhatiannya pada Zivana, anak sulung yang sering dituntut untuk mandiri tanpa seorang asisten pribadi sejak kecil. Itulah kenapa Zivana sangat benci kehadiran Mezza sebagai adiknya. Orang tuanya dulu lebih sering memperhatikan Mezza daripada dirinya. Kenyataan pahitnya, Zivana hanya jadi bayi yang dipungut orang tuanya untuk memancing kehadiran Mezza dalam penantian sepuluh tahun pasutri itu. 

MEZZALUNA [TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang