"Kanibal? Lo siswi yang duduk di belakang gue, kan?" tanya Gama memastikan.
Mezza mengangguk pelan. "Jadi benar kamu orangnya?" Dia langsung paham kalau Gama adalah anak laki-laki yang diceritakan Janet. "Kebetulan banget ya bisa ketemu di sini, gue nggak nyangka," ucap Mezza kaku.
Gama melototkan matanya. Ucapan macam apa itu? Ia kembali mengingat apa yang dia lakukan pada Mezza di sekolah tadi pagi. "Gila! Lo beneran datang mau bunuh gue?!" umpatnya.
"Bunuh lo?" Mezza mengerutkan dahi.
"Jangan bergerak! Gue teriak nich!" ancam Gama, suaranya makin membentak.
Mezza semakin heran dengan gelagat Gama. Apa seseram itu dirinya di pikiran cowok itu? Cowok yang terkenal berandal seperti Gama sampai memasang wajah sangat ketakutan hanya karna kehadirannya. Padahal dia tidak bergeser satu inci pun dari pijakannya.
"Gama! Ngapain kamu di kamarnya tante?" Janet muncul di ambang pintu mendengar keributan di dalam kamarnya.
"Tante, kan udah bilang ke kamu untuk tidur di kamar--"
"Tente jangan masuk ya? Di sini bahaya!" pinta Gama.
"Tante cepat kabur, panggil dukun, kyai, satpol PP, atau satpam komplek, panggil siapa pun untuk ngusir kanibal ini!" tunjuk Gama pada Mezza.
Baik Janet maupun Mezza sama-sama melongo. Siapa yang dimaksud 'Kanibal'? Telunjuk Gama mengarah ke Mezza tanpa bukti yang akurat. Dia seenaknya memutuskan kalau gadis itu datang untuk membalaskan dendam, meski tidak ada benda tajam apa pun di tangan Mezza.
Janet tertawa, tetap berjalan masuk ke kamarnya menghampiri Mezza. Teriakan Gama untuk menjauhi Mezza bahkan tidak dia hiraukan.
"Lo boleh bunuh gue, tapi lo jangan sentuh tante gue! Dia nggak ada hubungannya sama urusan kita!"
Urusan? Memangnya mereka memiliki urusan? Mezza sekejap menutup matanya. Gama bicara sangat serius seolah dia sedang memerankan tokoh utama yang terdesak oleh musuh dalam film action.
Napas Gama rasanya mulai sekarat melihat langkah Janet makin mendekati Mezza. "Jangan nekat tante, aku bilang jaga jarak dari Kanibal--"
"Siapa yang bilang Mezza kanibal?" Janet memeluk pundak Mezza membuat pupil mata Gama melebar. Jantungnya ingin lepas melihat jarak yang terlalu mepet antara Mezza dan tantenya.
"Dia ini anak majikan tante," jelas Janet.
"Hah?" Gama menaikan kedua tangannya ke pinggangnya sambil mendengus kencang. Dia kembali menatap Mezza, anak dari majikan tantenya yang bekerja di rumah pendiri Luciana Films, sebuah perusahaan produksi film ternama di Indonesia. Itu berarti...
"Maksud tante, dia ini anaknya pemilik perusaha film itu?"
"Bukan!" potong Mezza.Janet ikut menolehnya. Dia lupa kalau tidak ada seorang pun yang tahu kalau Mezza adalah anak dari pendiri dari Luciana Films yang terkenal dengan film-film layar lebarnya yang sering menerima ajang penghargaan.
"Mezza, lo selama ini nyamar di kelas?!" Gama tidak peduli dengan bantahan Mezza barusan.
"Kalian satu kelas?" tanya Janet. Gama langsung mengangguk cepat.
Mezza menundukkan pandangannya. Percuma, Gama lebih percaya kalau Mezza memang anak majikan dari tantenya. Identitasnya langsung terbongkar dalam waktu sekejap setelah ia dipertemukan pertama kalinya dengan Gama selain di sekolah.
Janet tiba-tiba menarik tangan Mezza mendekat ke tempat Gama berdiri. Entah apa yang akan dia lakukan, membuat dua remaja itu mengerutkan dahi.
"Gam, sekali ini aja, turutin permintaan tante, tolong jaga Mezza," pinta Janet menyatuhkan telapak tangan Gama pada telapak tangan Mezza. Hingga keduanya saling melepaskan dan membuang muka ke arah yang berlawanan.
![](https://img.wattpad.com/cover/344697961-288-k578623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEZZALUNA [TERBIT]✔
Teen Fiction{Cerita ini sudah terbit di Teori Kata Publishing. Bonus Chapter versi novel cetak) ••••••• *Cerita ini tentang anak-anak yang beranjak remaja, yang merasa kehilangan tempat untuk pulang, juga sebagian dari mereka yang sedang mencari jatih diri. Cer...