Part 11

36 20 0
                                    

Suara ribut mengundang kerumunan siswa di koridor kelas X-IPS-3. Satu siswa berhasil mendapatkan beberapa pukulan kepalan tangan Gama.

Lutut Mezza terasa lemas melihat emosi Gama pada cowok yang mengenakan luaran jaket denim menutupi seragam sekolah itu.

Antara ingin menghentikan prilaku Gama atau melarikan diri karna semua pasang mata siswa menyorot sinis ke arahnya. Mezza hanya berdiri di belakang Gama yang menjadi pelindungnya.

"Gam, lo ngapain sih belain sih cupu ini?" Elsie menarik ujung seragam lengan Gama. Dia tidak menyangkah kalau teman sebangkunya sampai seemosi itu untuk membela Mezza.

Gama langsung menepis tangan Elsie. Tidak peduli dengan perkataan cewek itu. Mungkin semua siswa juga sama herannya. Gama yang tidak pernah terlihat dekat dengan Mezza, tiba-tiba saja membela Mezza sampai main kasar.

"Minta maaf lo sama Mezza!" bentak Gama menyengkram kerah jaket cowok itu yang malah tersenyum miring padanya. Ekspresi memuakkan bagi Gama. Alhasil pukulan keras kembali menghantam rahang cowok itu, sampai darah segar keluar sedikit dari ujung bibirnya. Cowok itu tidak ada perlawanan dengan wajah santai tanpa dosa.

"Gue cuma iseng aja bilang strit miliknya warna pink! Tapi dia malah diam aja. Apa warnanya emang pink?" senyum Malvin.

Gama melototkan matanya, lalu mendorong tubuh cowok di depannya yang sudah dia habisi, tapi masih tidak ingin mengakui kesalahannya. "Diem ya lo! Lo tuh cowok bangsat! Bajingan!"

Mezza mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, bagaimana dia selalu melangkah tanpa melihat ke arah sekitarnya, mendadak seseorang menyentuh ujung roknya dari belakang. Cowok itu tiba-tiba mengumumkan ke semua siswa warna strit miliknya. Dia refleks menoleh karna kaget. Tangannya ingin menampar cowok yang tidak dikenal itu, tapi Gama yang mengawasinya beberapa meter di belakangnya langsung berlari dan memukul cowok sialan itu. 

"Cowok bangsat itu terlahir dari cewek murahan!!" cetus Malvin, dia adalah anak pejabat yang terkenal playboy.
"Sekali lagi lo ngomong! Gue nggak hanya buat bibir lo keluar darah, tapi gue bisa robek mulut lo itu, bangsat!!" ancam Gama dengan otot-otot di lehernya yang sudah mengkerut.

Malvin meringis ngerih, kemudian menjadi tawa yang meremehkan. Dia melirik Mezza yang bersembunyi di belakang Gama. Bukan bersembunyi, Gama sengaja menjadi penghalang antara Mezza dan cowok sialan itu. Mezza juga tidak berkutik sama sekali dari tempatnya.

"Iya, kan, Mezza cantik!" panggil Malvin. "Eh, murahan!" koreksinya.

🍂🍂🍂

Starla bingung kenapa tidak ada yang menyambutnya ketika dia mulai masuk sekolah seperti biasanya. Dia melihat kerumunan yang memadati koridor menuju kelasnya. Bahkan Guru BK yang berjalan ke arah sana, hanya melintasinya. Karna penasarannya memuncak, Starla mempercepat jalannya menuju ke kerumunan itu.
Pemandangan yang pertama dia saksikan adalah melihat Mezza hanya mematung ketakutan di sana. Sementara Gama mengahabisi cowok yang sudah tidur terlentang dengan pukulannya berkali-kali sampai wajahnya tak terbentuk. Semua siswa hampir jejeritan.

"Gama! Ikut saya!" bentak Pak Andre datang menghentikan pukulan Gama.

Gama langsung berdiri. "Tapi, Pak!"

"Jangan protes! Jelaskan semuanya di kantor BK!"
Pak Andre berjalan lebih dulu. Sebelum Gama mengikutinya, cowok itu menyentuh kedua pundak Mezza.

"Lo balik gih ke kelas!" pintanya, lalu matanya beralih melihat Malvin yang sudah berantakan di atas lantai.

"Urusan kita belum selesai ya! Gue bakalan seret lo ke BK juga!" ancamnya menunjuk Malvin.

Starla masih terpaku melihat Mezza yang masih menjadi santapan tatapan banyak siswa karna cewek itu bahkan tidak melakukan apa pun melihat Malvin yang nyaris mati dipukuli Gama. Ada beberapa siswa yang mulai pergi dan masuk kelas, termasuk Malvin sebagai tersangka yang bebas dari hukuman sekolah, tapi tidak dari Gama.
"Eh, Starla udah masuk sekolah nich!"

MEZZALUNA [TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang