01

368 11 1
                                    

Seorang pengendara motor Ducati hitam berhenti lalu mengeluarkan ponselnya untuk merekam aksi seorang wanita yang berpakaian terbuka di jalan sepi sedang menjambak wanita yang diyakini seumuran.

Karena sudah mendapat bukti, pengendara tersebut memutuskan untuk menghampiri mereka, karena wanita yang dijambak terlihat sudah tidak berdaya.

"Lepasin tangan kotor Anda dari rambut Mama saya!" sergahnya.

Wanita itu tersenyum remeh. "Mama kamu aja nggak sayang sama kamu, masa kamu masih peduli, kalau saya sih nggak mau peduli."

Orang yang mengaku bahwa Mamanya yang disiksa memutar bola matanya malas, lalu turun dari motornya.

Tanpa aba-aba langsung menampar pipi mulus wanita itu, hanya sekali dan berhasil mengeluarkan darah dari hidungnya.

Wanita itu meringis lalu melepaskan jambakannya dia terlihat geram saat matanya tertuju pada wanita yang menamparnya tadi. "Bajingan!"

Orang itu tersenyum miring. "Anda yang ajarin saya."

"Pergi dari hadapan saya, sekarang!" lanjutnya dengan suara keras.

Wanita itu mengambil tasnya yang terjatuh, lalu melangkah pergi dengan mengelap hidungnya yang berdarah dengan tissue.

"Ma, Mama bertahan ya, Gempi antar Mama ke rumah sakit." Gempi sangat khawatir dengan Davina_Mamanya.

"Gempi, kamu gapapa kan, Nak?" tanyanya dengan suara lemah.

Gempi menggeleng lalu membantu Mamanya bangun. "Mama bisa naik motor?"

Mamanya mengangguk lemah.

•••

Setelah dokter keluar, Gempi segera masuk untuk melihat keadaan Mamanya, dia tidak bertanya terlebih dahulu, karena itu sangat membuang-buang waktu. Menurut Gempi, lebih baik memastikan langsung daripada harus bertanya.

Gempi mencium tangan Davina dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. "Ma, maafin Gempi karena lama nolongin Mama."

"Gapapa, Nak. Mama yang harus minta maaf sama kamu, karena selama ini Mama jahat sama Gempi"

Gempi menggeleng kuat. "Gempi udah maafin Mama kok, Mama cepat sembuh ya? Nanti kita balas wanita itu."

Davina hanya mengangguk dengan terus mengusap kepala anaknya.

Tidak lama ada seseorang yang membuka pintu rumah sakit.

"Bang," sapa Gempi kepada pemuda yang baru masuk dan dibalas dengan senyuman.

Gempi mempersilakan Abangnya duduk.

"Mama gimana keadaannya?" tanyanya tidak kalah khawatir dari Gempi.

"Mama udah baikan, untung ada Gempi nolongin Mama." Davina menggenggam tangan putrinya kuat, seakan menunjukkan bahwa dia bangga dengan putrinya yang tidak mudah gentar dengan apapun.

Pemuda itu menoleh ke arah adiknya. "Makasih ya."

"Ihh, kok makasih? Gue kan berhak nolong Mama," gerutunya dengan di wajah tertekuk.

"Gue kira lo dendam sama Mama."

Gempi mencubit pelan lengan pemuda yang dipanggil Abang. "Ya nggak lah, gue udah lama tahu kalau Mama kasar sama gue itu karena diancam." Gempi segera menutup mulutnya karena kecoplosan.

GEMPITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang