14

52 3 1
                                    

"Bu Melinda, ada yang ingin bertemu dengan anda," ujar seorang polisi seraya membuka kunci sel.

Yang dipanggil Melinda mendongak dan beranjak dengan wajah angkuh.

Polisi tadi menuntun Melinda bertemu dengan orang yang dia maksud.

"Mau apa lo ketemu gue?" tanya Melinda angkuh.

Orang itu berdecih sinis. "Ada masalah apa lo sama adek gue? Kenapa lo tega nyelakain dia?" Farzan pura-pura tidak tahu apa-apa.

Melinda tertawa sarkas. "Farzan, Farzan, adek lo yang mulai, adek lo yang udah buat anak gue masuk rumah sakit."

Farzan ke kantor polisi untuk memperjelas perkataan Gempi, apakah benar atau tidak.

"Adek gue cuma nolongin temannya yang di bully sama anak lo." Walau marah, Farzan mampu mengatur emosinya agar tidak meledak.

"Lo apain anaknya? Kenapa sampai  dendam?"

Gempi mengangkat bahunya. "Gue aja nggak kenal dia."

Farzan merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. "Dia satu sekolah sama lo." Farzan memperlihatkan foto anak Melinda yang memakai seragam.

"Oh, dia?"

Farzan mengangguk. "Kenal nggak?"

Gempi menggeleng. "Hue nggak kenal, tapi emang gue yang buat anaknya masuk rumah sakit itupun karena kesalahannya sendiri."

Gempi menunjuk gambar yang di ponsel Farzan. "Dia! Dia injak perut siswi lain cuma karena nggak dikasi duit. Karena gue nggak bisa lihat orang ditindas, gue reflek tampar dia, nggak keras kok, tangan gue aja nggak sakit." Gempi cengengesan.

Farzan mengangguk-angguk. "Tindakan lo nggak salah, tapi gue juga  nggak bisa membenarkan karena ini menyangkut nyawa"

"Gue juga nggak membenarkan tindakan gue." Gempi acuh.

"Halah! Palingan dia cuma pura-pura sakit, gue nampar aja nggak pakai tenaga dalam." Farzan menatap tajam Gempi.

"Harusnya lo aduin ke guru, biar mereka yang nyelesaiin." Farzan mengacak rambut Gempi gemes.

"Percuma! Nggak ada yang peduli juga."

"Harusnya lo cari tahu dulu permasalahannya, lo nggak bisa bertindak sesuka hati lo tanpa bukti, ini menyangkut nyawa loh, kalau sampai adek gue kehilangan nyawa, lo bisa ganti? Nggak kan?!"

"Maaf, waktunya sudah selesai," kata polisi itu.

Sebenarnya masih banyak yang Farzan ingin tanyakan, tapi waktunya sudah habis.

•••

Keesokan harinya setelah Farzan meating dengan kliennya, dia mampir di kantor lagi untuk menemui Melinda.

"Mau apa lagi lo?!" bentak Melinda.

Farzan tersenyum miring. "Rem motor Gempi rusak, Sebenarnya lo mau nyelakain Gempi, kan?"

"Jujur, emang iya sih." Sudah di dalam jeruji aja dia masih bisa angkuh.

"Lo pengecut!" umpat Farzan

Melinda melotot. "Apa maksud lo?!"

"Benar kan? Kalau nggak pengecut lo ngelakuin sendiri tanpa campur tangan orang lain, apalagi dia masih seumuran dengan anak lo."

GEMPITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang