6

73 5 1
                                    

"Tata!" teriak Mira histeris seraya mendekat.

"Mira! Jangan gila!" bentak Gempi saat melihat Mira membuka jaketnya.


"Lo yang gila, Ta!" teriak Mira seraya menutup bekas tusukan dengan jaketnya agar darah Gempi tidak keluar banyak.

"Ta, jangan tutup mata lo, please dengerin gue." Mira khawatir dengan kondisi Gempi yang sudah berkeringat dingin.

"Pakai jaket lo, lo lebih butuh," kata Gempi dengan suara lemah.

Mira tidak mempedulikan perkataan Gempi, dia sibuk mencari ponsel Gempi agar bisa menghubungi seseorang untuk dimintai pertolongan karena hari sudah malam, jalan ini juga sepi.

Ponsel Danar dan Lingga tidak bisa dihubungi membuat Mira semakin frustrasi dengan keadaan Gempi.

Gempi mengangkat tangannya ingin menyeka air mata Mira. "Jangan nangis, Ra."

Air mata Mira semakin deras. "Gimana gue nggak nangis, Ta? Lo kayak gini karena gue."

Gempi tersenyum samar. "Gue kuat kok, Ra. Gue emang terlahir buat jadi penolong. Jadi, jangan nangis."

Mira terus mengajak Gempi bercerita setelah menelpon Farzan, agar Gempi tidak menutup matanya. Dia tidak tahu harus berbuat apa selain mengajak Gempi ngobrol, dia tidak kuat memapah tubuh Gempi, tubuhnya lemah karena alergi dingin dan phobia darahnya.

Farzan bergegas keluar dari mobilnya.

"Ra, lo gapapa, kan?" tanya Farzan, Farzan jelas tahu kalau Mira punya phobia darah.

"Jangan khawatir-in gue, Bang, Tata lebih parah," lirihnya namun masih bisa di dengar oleh Farzan.

Farzan mengangguk mengerti lalu menggendong adiknya diikuti oleh Mira dari belakang, sedari tadi Mira susah payah menahan dirinya agar tidak pingsan melihat darah Gempi.

"Ta, bertahan ya? Sebentar lagi kita sampai rumah sakit." Gempi hanya mengangguk lemah.

Farzan keluar dari mobil lalu memanggil petugas kesehatan yang sedang tugas.

Farzan menggendong Gempi ke atas berangkar lalu di dorong oleh petugas kesehatan tersebut.

Farzan membuka jaketnya lalu memakaikannya kepada Mira, Mira yang sedang melamun tercengang lalu mengerutkan keningnya bingung.

"Pakai, kalau Lo sakit nanti Tata  khawatir."

Mira menggeleng kuat. "Gue yakin, setelah ini Tata pasti nggak peduli lagi sama gue, karena gue penyebab dia sakit."

Farzan mengusap lembut rambut Mira. "Nggak mungkin, justru kalau dia nggak nolongin Lo, pasti dia kecewa sama dirinya sendiri."

Mira tidak menyahuti perkataan Farzan, Mira berdoa dalam hati agar Gempi cepat sadar.

"Lo bawa obat, kan?" tanya Farzan dan Mira hanya mengangguk lemah.

"Tunggu di sini, gue mau beli minum dulu." lagi-lagi Mira hanya mengangguk.

Saat kembali ke tempat tadi, Farzan tidak menemukan keberadaan Mira di sana.

GEMPITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang