31

36 2 0
                                    

Kenapa?

....

Ok, gue ke sana sekarang.

Gempi segera mematikan telepon tanpa menunggu penjelasan dari orang yang menelponnya.

Gempi langsung ke luar kamar setelah mengambil kunci motornya.

"Mpi, mau ke mana kamu?"

"Bukan urusan lo."

Farzan tersenyum tipis saat Gempi menjawab dengan ketus. "Masih marah sama Abang? Abang minta maaf, ya?"

"Iya. Awas gue ada urusan."

Farzan tidak lagi bertanya karena Gempi sudah di luar rumah.

•••

Gempi masuk ke unit hotel yang sedang mengadakan pesta besar-besaran, unit itu tidak terkunci sehingga Gempi tidak susah masuk ke sana.

Bau alkohol menyambut kehadiran Gempi, Gempi menahan napas agar tidak mencium bau itu.

Tidak ada yang menyadari kehadiran Gempi di sana, mereka semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Gempi mual melihat mereka yang tanpa rasa malu berhubungan di ruang terbuka dengan banyak orang, mungkin karena mereka mabuk jadi tidak merasakan malu.

Sebentar lagi. Batin Gempi seraya tersenyum miring.

Gempi terus menyusuri ruang yang sedikit gelap dengan dentuman musik yang menusuk telinga.

Sesampainya di dapur yang tidak ada orang, dia langsung mengotak-atik ponselnya, dia mengirim pesan ke seseorang.

Ya Allah, maafkan hamba yang telah lancang memasuki kamar hotel jahanam ini.

Tidak lama suara musik yang keras tiba-tiba berhenti.

Pasti mereka.

Gempi berjalan ke luar saat meyakini mereka yang dia hubungi.

"Pak," panggilnya, salah seorang pria berseragam coklat menoleh ke arahnya lalu perlahan mendekat.

"Kamu yang menghubungi saya?"

"Iya, Pak."

"Kamu ikut saya ke kantor untuk di mintai keterangan."

Gempi mengangguk. "Baik, Pak."

Semua yang ada di ruangan itu sudah ke luar.

Seorang wanita berpakaian seksi menatap Gempi tajam dan penuh permusuhan.

"Awas kamu," ancamnya dan Gempi tersenyum miring.

"Maaf Tante Andini, saya tidak takut dengan ancaman, apalagi anda akan di jatuhi hukuman mati."

Andink tertawa sarkas. "Saya tidak bersalah, kenapa saya harus di hukum mati?"

Gempi berjalan ke arah pria ber-jas hitam.

Gempi bertepuk tangan mengejek. "Wah, wah. Ternyata kepala sekolah juga bejat ya, pantesan anaknya kurang ajar."

GEMPITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang