8

66 4 1
                                    

"nih, titipan Papi." Mira menaruh kresek di atas meja Gempi.

Ia, walau pun Gempi belum sembuh total, tapi dia memaksakan diri untuk ke sekolah.

"Kok nggak bilang-bilang kalau Papi lo udah pulang?"

"Nggak penting!" Mira meninggalkan Gempi di kelas sendiri.

Gempi mengernyit heran dengan cara bicara Mira yang terkesan jutek.

"Dia kenapa sih?" gumam Gempi dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Gempi mengambil kresek itu lalu membukanya. "Dress? Apa Papinya lupa kalau gue nggak suka dress?"

"Ta, kok bengong?" tanya Danar seraya memegang pundak Gempi membuat Gempi kaget.

Gempi tidak berniat menjawab pertanyaan Danar.

"Lingga mana? Tumben nggak bareng?" tanya Gempi saat meyadari Lingga belum datang.

"Ke Kantin. Lo kok udah masuk? Lo kan belum sembuh total."

Gempi menatap Danar sejenak. "Nggak usah lebay deh, lagian gue udah sembuh."

Danar tidak lagi menyahuti perkataan Gempi.

"Tumben lo datangnya pagi?" tanya Lingga yang baru datang memecah keheningan di dalam kelas.

Gempi menarik napas lelah. "Kenapa emang? Nggak senang anda?!"

Lingga menggaruk kepalanya, bingung. "Ya, nggak. Nanya doang sih."

"Eh, Mira kok berubah ya?"

"Berubah jadi gendut atau tinggi, nih?" kelakar Danar.

Gempi memukul pelan lengan Danar. "Bisa aja lo, kalau orangnya dengar pasti ngereog."

"Nggak tahu, sejak lo di rumah sakit dia kayak ngehindar gitu ke kami, kirain kami ada salah," kata Lingga cuek.

"Nggak tahu diri banget, udah di tolongin juga."

"nggak boleh gitu, mungkin lagi badmood aja," tegur Lingga.

•••

Belum masuk rumah, Gempi sudah mendengar Abangnya tertawa di ruang tamu.

"Umur segitu emang lagi lucu-lucunya, Pa, tapi lebih lucu lagi kalau ditabok," kata Farzan setelah tawanya reda.

"Siapa yang ngelawak nih? Lucu bener sampai si bujang lapuk ketawa ngingok gitu."

"Ya, lo. Ngerjain Mama sama Papa sampai segitunya." Farzan mengusap air matanya.

"Papa kira udah sekarat tuh anak, ternyata pas Papa pulang Zan, dia nungguin Papa di teras mana cekikikan lagi. Mama sampai pingsan karena ngira kunti ternyata Gempi." Sena menjelaskan dengan melebih-lebihkan.

"Lebay, nggak sampai pingsan juga kali. Udah ah, mau ganti baju." Gempi berjalan seperti bebek.

Farzan dan Sena yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.

"Perasaan yang ditusuk perutnya, kenapa otaknya yang koslet?" gumam Farzan.

Sena tertawa geli mendengar perkataan Farzan. "Baru nyadar, Zan?"

•••

"Pa, besok kan libur, nih," kata Gempi saat ngumpul di ruang keluarga.

Sena mengernyit. "Ya, terus?"

"Gapapa sih, cuma nginfo," jawabnya acuh.

GEMPITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang