"Mi! Mami, buka pintunya!" Danar terus mengetuk dan berteriak di depan pintu rumah Mira.
"Kamu kenapa datang malam-malam begini?" Marisa bergerutu. "Ayo masuk."
"Nggak perlu, bangunin Mira aja, bilang kalau Danar nyariin."
"Danar, nggak usah aneh-aneh, ini udah tengah malam loh," kata Marisa heran.
"Mi, bilang kalau Gempi-nya udah pulang."
"Danar, kamu kenapa? Kamu mabuk, kamu nggak nyambung, memang kenapa kalau Gempi pulang?"
"Ling, tunggu gue."
Danar memutuskan untuk masuk membangunkan Mira, karena akan sangat lama jika berbicara dengan Marisa.
"Lingga, ada apa?" Marisa bertanya dengan wajah bingung.
"Gempi pergi untuk selamanya." Suara Lingga terdengar sedang menahan tangis, suaranya bergetar.
Marisa menutup mulutnya yang menganga. "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, tante turut berduka cita ya."
Tidak lama Danar datang dengan Mira yang masih bermuka bantal. "Apa sih Nar?"
"Ikut aja."
"Mi, Danar kenapa?" Mira bertanya namun Marisa hanya menggeleng.
"Lo kenapa di sini Ling?" Mira keheranan karena di sana juga ternyata ada Lingga.
Lingga hanya mengangkat bahunya sekilas.
Mira menatap mereka dengan tatapan menyelidik. "Kalian mau perkosa gue ya? Mi, lihat, mereka mau lecehin Mira."
Danar menyentil bibir Mira. "Ikut aja, Gempi nungguin lo."
"Nungguin gue? Kok tengah malam gini? Mau ngapain dia?"
Danar memaksa Mira masuk ke mobil Lingga.
"Atau kalian emang mau lecehin gue? Ngaku lo."
"Diam!" Danar membentak Mira.
Mira terdiam. "Tuh kan, mencurigakan. Gue aduin kalian ke Gempi."
Gimana caranya gue bilang ke lo Ra, gue nggak sanggup. Gini aja lo mau ngadu ke Gempi, gimana jadinya lo Ra kalau tahu yang sebenarnya. Batin Danar.
"Kok diam?" tanya Mira yang mulai berhati-hati dengan mereka berdua karena tidak biasanya mereka diam jika Mira sedang dalam keadaan cerewet.
Mira merogoh saku baju tidurnya. Gue nggak bawa ponsel lagi. Mira bergerak gelisah, dia tidak bisa meminta tolong kepada siapa pun jika terjadi sesuatu kepadanya.
"Tolong, jangan macam-macam sama gue, gue masih pengen tingting."
"Diam!" ucap keduanya membuat Mira benar-benar diam.
Mira mengatupkan bibirnya. Ta, bantu gue.
"Kok ke rumah sakit?"
"Ayo."
"Kalian mau apa di rumah sakit? Kalian mau jual organ gue? Nggak-nggak, gue nggak mau, tolong, jangan sakiti gue."
"Lo lihat, ini bukan rumah sakit ilegal, Rara! Berhenti berpikir bermacam-macam."
Mereka terus berjalan menyusuri koridor rumah sakit, hingga Lingga mengehentikan jalan di depan ruangan yang bertuliskan ruang mayat.
"Kenapa ke sini? Terus, siapa di dalam? Kenapa ada suara tangisan?"
"Masuk."
Mira berjalan masuk dengan ragu.
"Ada apa ini? Kenapa kalian menangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMPITA
Teen FictionGempita, seorang pelajar sekaligus pebalap yang lumayan dikenal. Selalu ceria meski banyak masalah, dia gadis yang kuat.