23

34 2 1
                                    

"Ma," panggil Ezra dari belakang dengan suara kecil.

Davina berbalik dengan wajah terkejutnya. "Kamu manggil Mama, Mama?"

Ezra mengangguk, mata Davina berkaca-kaca, dia begitu terharu karena setelah sekian lama baru kali ini Ezra memanggilnya Mama.

Davina mendekap erat tubuh Ezra. "Kamu udah maafin Mama, sayang?"

"Ezra yang salah, Ezra nggak tanya dulu ke Mama alasannya, dan semalam Gempi baru cerita ke Ezra. Ezra nyesel karena dulu nggak mau dengerin cerita Gempi." Tatapan Ezra ke Davina tidak ada lagi tatapan muak, kini hanya ada tatapan penyesalan.

"Mama juga salah, Nak. Andai dulu Mama nggak takut, mungkin kamu nggak bakal benci sama Mama. Ini semua salah Mama, kamu nggak salah."

"Nggak Ma, Ezra yang salah. Harusnya Ezra nggak nyuekin Mama, harusnya Ezra belajar dari Gempi, Gempi yang Mama sakitin aja nggak marah."

"Woi, masakannya gosong!" teriak Gempi yang dari tadi ada di sana menyaksikan drama anak dan ibu.

Davina langsung membalikkan badannya, Gempi tertawa karena berhasil mengerjai Davina.

"Gempi mah nggak tahu situasi, orang lagi mellow juga," kata Farzan yang berada di samping Gempi, dia datang bersama Gempi tadi.

"Habisnya capek dengar mereka saling nyalahin diri sendiri," ucap Gempi enteng.

Setelah menata semua makanan di meja, mereka makan dengan tenang, hanya Ezra dan Davina yang selalu saling lempar senyuman kebahagiaan.

Satu lagi. Gempi membatin saat sudut matanya tidak sengaja menangkap interaksi anak dan ibu yang baru saja baikan.

"Pa, lihat deh. Mama selingkuh," kata Gempi, dia langsung mendapat tatapan tajam dari Ezra.

"Ngerusak suasana aja." Ezra menyimpan sendoknya lalu lalu beranjak dari tempatnya duduk. Ezra tidak enak karena ditatap tajam oleh Sena.

"Ihh, Papa cemburuan. Masa sama anak aja cemburu," ledeknya.

Farzan terkekeh melihat wajah merah Sena. "Keterlaluan kamu, Mpi. Papa aja lo kerjain."

"Bersyukur gue masih ada ngerjain kalian," candanya.

"Gempi!" Davina menegur Gempi, dia tidak suka jika ada yang berbicara seperti itu.

Gempi tersenyum lebar. "Maaf Ma."

Gempi menyusul Ezra ke ruang tamu.

"Zera, berangkat bareng yuk."

Ezra menyentil dahi Gempi setelah memakai tasnya. "Zera, Zera. Nama gue Ezra, bukan Zera. Ngerusan nama orang aja."

"Sama aja. Berangkat bareng ya, lo yang nyetir."

"Loh, tumben nggak mau naik motor," ucap Sena.

"Lagi pengen naik mobil, biar di kira orang kaya."

"Jadi, selama ini lo ngira kalau lo miskin, gitu?" tanya Ezra tidak habis pikir.

Gempi mengangguk. "Kan bukan gue yang beli semuanya, semua fasilitas yang Papa kasi, ya atas nama Papa."

"Gapapa, kalau lo emang ngira diri lo miskin, ini semua kan cuma titipan," timpal Farzan.

"Iya, termasuk nyawa. Nyawa juga titipan kan Bang?"

"Iya, kan semua yang ada di bumi hanya titipan, jadi buat apa berbangga diri. Udah sana berangkat, ntar telat lagi."

•••

Gempi mendongak dan tidak sengaja melihat seseorang di atas pohon, Gempi memicingkan matanya.

GEMPITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang