Menjelang Hari H

26 3 0
                                    

Kali ini Gunawan bisa selamat. Rahasianya masih bisa tertutup rapat. Sebenarnya ia tahu bahwa cepat atau lambat semuanya akan terbuka. Anak-anaknya akan tahu tentang pernikahannya dengan Indah. Namun, ia merasa ini bukan saatnya. Masih menunggu waktu yang tepat.

Seperti calon pengantin pada umumnya, masa menjelang pernikahan adalah masa yang mendebarkan. Banyak hal tidak terduga bisa saja terjadi. Meskipun kedua belah pihak sepakat pernikahan akan dilakukan dengan sederhana, tetapi ada saja rincian yang harus jadi perhatian, mulai dari berkas-berkas hingga tamu yang mau diundang.

Tanggal pernikahan telah ditetapkan, yaitu tiga bulan setelah lamaran. Sekalipun tidak ikut hadir dalam acara lamaran anaknya, tetapi Gunawan bersedia menanggung semua keperluan Indra.

Dalam masa penantian dan persiapan menuju hari H, tiba-tiba Indra mendapat pesan dari Yani melalui ponsel. Saat itu dua pekan lagi pernikahan akan dilangsungkan.

Yani: "Dra, di mana?"

Pesan itu belum sempat dibaca oleh Indra. Ia sudah terlelap. Hari-hari menjelang pernikahan cukup melelahkan sehingga membuat calon pengantin itu tidur lebih cepat.

Pagi harinya sebelum berangkat kerja, Indra baru mengecek ponselnya. Ia melihat pesan dari Yani. Ada perasaan yang kembali saat membuka pesannya. Namun, seketika ia segera menepisnya karena ia sadar sebentar lagi akan menikah.

Pesan yang datang tidak hanya hari itu saja. Hari-hari berikutnya Yani terus mengirim pesan pada Indra. Ia bilang merasa menyesal telah menghilang selama ini.

Rupanya Yani ditipu agen TKI. Sekalipun telah memenuhi persyaratan dan mengikuti pelatihan hingga karantina sebelum keberangkatan, tetapi ia tak kunjung diberangkatkan hingga orangnya menghilang tak dapat dihubungi.

Awalnya Indra tak acuh dengan pesan dari Yani. Namun, hari-hari berikutnya, Yani terus mengirimi pesan. Lama-lama timbul rasa iba dalam hati pemuda itu.

Hingga suatu sore, setibanya Indra di rumah tinggalnya, ia mendapat telepon. Nomor tidak dikenal. Anak muda itu tidak mempedulikannya. Ia Lelah bekerja seharian ini. Untuk menerima telepon saja rasanya malas. Tak mau diganggu siapa pun. Apalagi dari orang yang tidak dikenal.

Ponsel Indra terus berdering. Bisa jadi itu panggilan penting atau darurat. Mungkin dari desa atau dari Ning. Namun, meragukan nomornya tidak ada di daftar kontaknya.

Setelah sekian waktu mendiamkan dering ponsel itu, akhirnya Indra menjawab telepon masuk.

"Halo. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," terdengar suara perempuan agak serak.

"Ini siapa?" tanya Indra.

"Ini Yani, Dra. Kok kamu lupa sih?"

"Ooh. Ada apa, Yan?" tanya Indra dingin.

"Apa kabar, Dra?"

"Baik."

Percakapan telepon itu berlanjut dengan basa-basi Yani yang ditanggapi Indra dengan biasa saja.

Tidak hanya sampai di situ usaha Yani untuk mendapatkan kembali hati Indra. Seorang pemuda yang rela merantau demi untuk menikahinya. Namun, ia sendiri yang menggagalkannya. Untuk menebusnya, gadis itu terus-menerus menghubungi sang tambatan hati.

Setiap hari Yani menghubungi Indra. Menanyakan kabar dan memberi perhatian sekadar mengingatkan makan. Berharap hati sang pemuda luluh kembali lagi padanya.

Dihubungi mantan setiap hari tidak menggoyahkan hati Indra. Namun, cukup menggangu konsentrasinya untuk menyiapkan pernikahan. Ia berusaha kukuh. Baginya tujuan yang hendak dicapai di hadapan matanya adalah menikah dengan Ning dan hidup berumah tangga bersama.

Dua RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang