Setelah semuanya mendapat tempat duduk, Arkan menghampiri muda-mudi itu.
"Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga ya, Bro." Arkan menyalami Nanda sang ketua rombongan.
Salsa terhenyak karena orang yang sedang ia perhatikan sudah berada di sampingnya.
"Bagaimana semuanya? Aman kan semuanya?" tanya Arkan.
"Aman, Bang," jawab para mahasiswa hampir serempak.
"Oke. Dilanjutkan makannya, ya. Makan yang banyak. Kerja kita butuh kekuatan," ujar Arkan memberi semangat.
Kakak kelas Salsa itu pun membagi senyum dan pandangannya pada semua peserta rombongan kemudian berhenti di seseorang yang sudah ia kenal lama. Salsa membalas dengan senyuman. Tetap manis walau dalam keadaan lelah.
"Kakak tidak makan?" tanya Salsa berbasa-basi.
"Sudah tadi."
Menjelang magrib, rombongan mahasiswa diantar ke penginapan sementara. Peserta laki-laki menginap di masjid sementara peserta perempuan menempati ruangan madrasah tidak jauh dari situ.
Selepas isya suara mereka tidak terdengar lagi. Rasa lelah dan kantuk setelah seharian dalam perjalanan yang cukup berat membuat mereka cepat terlelap. Diiringi suara binatang malam yang bersahutan.
Pagi hari menjelang subuh, semua peserta KKN dibangunkan. Mereka melawan udara dingin desa itu mengambil air wudu kemudian salat berjemaah bersama warga. Sebagian mahasiswa ada yang menggigil saking dinginnya. Mereka belum terbiasa. Udara menjelang senja sungguh sejuk dan suasananya sangat tenang.
Pada pukul tujuh dilakukan upacara penyambutan secara resmi para mahasiswa KKN. Mereka rapi memakai jas almamater berwarna biru tua.
"Adek-adek semoga betah di sini, ya. Dengan fasilitas seadanya tidak seperti di kota. Tapi, apabila ada masalah atau kesulitan, jangan ragu untuk beritahu kami. Insyaallah kami siap bantu," demikian Kades Rahmat dalam sambutannya.
Setelah upacara selesai, rombongan mahasiswa diarahkan untuk menempati rumah-rumah penduduk. Masing-masing dua orang dalam satu rumah. Mereka hanya diberi peta sederhana menuju rumah itu. Sepertinya tidak terlalu sulit menemukan rumah yang dituju. Rumahnya sangat jarang. Namun, karena jauh dan sulit ditempuh, rata-rata para mahasiswa baru bisa menemukannya dalam satu jam.
Salsa akan menepati rumah penduduk bersama Dina, teman SD hingga sekarang kuliah. Dina tumbuh menjadi gadis yang cantik dengan penampilan tomboy.
Beberapa teman masa kecil Salsa lanjut hingga sekarang. Begitu pula Arkan. Ia kini menjadi seniornya di kampus. Tugasnya di desa itu menjadi koordinator lapangan wakil dari Yayasan yang mensponsori kegiatan KKN para mahasiswa. Dulu, pemuda itu pun menjalani program yang sama di desa itu. Kini, ia ditunjuk untuk mengarahkan para mahasiswa melanjutkan program yang tengah berjalan, antara lain: pendidikan, kesehatan dan pembangunan insfrasrtuktur.
"Kayaknya kita salah jalan," ujar Salsa sambil memandang sekeliling. Napasnya sedikit tersengal.
"Udah bener kok sesuai peta," kata Dina.
"Kok kayaknya kita muter-muter di sini aja."
"Ayo, lanjut!" ajak Dina. "Percaya deh sama aku."
"Tunggu!" cegah Salsa. "Harusnya ke arah sini. Bener ke sini!"
"Enggak, di peta jalannya ke sana." Dina menunjuk ke arah berlawanan.
"Ya sudah, kalau kamu gak mau ikut. Aku sudah capek."
Salsa berjalan menuju arah yang dia yakini meninggalkan Dina yang menghadap berlawanan arah. Jarak beberapa langkah, tanpa disadari Salsa menginjak setumpuk daun yang ternyata bagian bawahnya kosong. Ia terpeleset lalu jatuh berguling-guling ke bawah tebing yang agak landai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Rembulan
RomansSalsa dan Ning bersahabat sejak kecil. Latar belakang keluarga yang berbeda tidak jadi kendala bagi persahabatan mereka. Setelah dewasa persahabatannya berlanjut ke tingkat berikutnya. Salsa terpaksa harus berbagi suami dengan sahabatnya. Hal itu be...