Di desa Cikamuning setelah sembilan tahun berlalu mengalami banyak perubahan. Kini seiring berkembangnya teknologi, warga desa lebih suka mencari penghidupan keluar. Merantau.
Kini, Indra telah dewasa. Perawakannya tinggi tegap dan wajah ganteng mirip ayahnya. Ia menjadi harapan dan kesayangan Indah, sang ibu.
Selepas lulus STM, ia tidak langsung melanjutkan kuliah. Namun, membantu Mantan Kades Diran mengelola usaha penggilingan padi. Indra ditempatkan di bagian keuangan, tetapi kadang juga harus membantu memperbaiki mesin apabila ada masalah.
Ada seorang perempuan yang istimewa di hati Indra selain ibunya. Yani namanya. Gadis yang sudah ia kenal sejak SD. Wajahnya cantik. Kulitnya kuning bersih alami karena terjaga dari polusi. Sehari-hari memakai jilbab.
"Aku sudah ditanyai Ayah, Dra," ujar Yani setengah berteriak.
Deru mesin penggilingan padi masih bising terdengar, sekalipun mereka mengobrol di luar samping rumah penggilingan. Yani menemui Indra karena ada yang perlu disampaikan.
"Ditanya apa?" tanya Indra pun setengah berteriak.
"Bapak bilang, kapan kamu ke rumah."
"Aku belum sempat. Penggilingan lagi ramai. Biasa, musim panen," jawab Indra polos.
Yani sedikit kesal, Indra tidak paham maksud pertanyaan bapaknya.
"Aku diminta Bapak segera menikah!"
"Apa?"
Seketika mesin penggilingan pun berhenti. Suasana menjadi hening.
"Kalau kamu tidak segera melamar, aku akan dinikahkan oleh Bapak." Indah masih bicara dengan suara keras. Ia belum menyadari mesin sudah berhenti. Suaranya didengar orang-orang di dalam rumah penggilingan.
"Aku belum siap sekarang. Kasih aku waktu."
Setelah selesai bicara barulah Indra sadar suasana sudah sepi tanpa bising mesin.
"Dra, ini uangnya." Seorang pekerja penggilingan hendak memberikan uang padanya.
"Pegang saja dulu," cegah Indra.
"Ayo. Aku antar kamu sampai belokan." Indra mengambil sepedanya.
Mereka berdua melewati jalan yang di kanan kirinya sawah ditutupi padi yang sudah menguning. Sebagian diantaranya sudah dipanen. Matahari sudah tidak terlalu menyengat. Hari menjelang sore.
Keduanya membisu selama perjalanan. Sepertinya, berbicara diiringi deru mesin lebih leluasa daripada dalam suasana hening seperti ini.
"Bilang sama Bapak, kasih aku waktu." Indra membuka pembicaraan setelah mereka berhenti di belokan yang dituju.
"Sampai kapan?"
"Belum tahu, tapi segera."
"Jangan lama-lama. Aku takut Bapak sudah ada calon."
Indra menarik napas panjang. "Iya. Segera.
Indra membelokkan sepedanya berbalik ke arah penggilingan padi meninggalkan Yani yang menatapnya hingga jauh.
Dalam perjalanan mengayuh sepeda, Indra berpikir keras, bagaimana caranya ia bisa punya cukup uang untuk melamar Yani. Penghasilannya di penggilingan padi tidak bisa diandalkan dalam waktu singkat ini. Padahal rencana sebelumnya, ia mau kuliah dulu sesuai tuntutan ayahnya.
Menjadi kebiasaan di kampung itu, apabila ada seorang gadis yang sudah cukup umur dekat dengan seorang pemuda, maka pihak keluarganya akan memberikan dua pilihan: segera melamarnya atau meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Rembulan
RomanceSalsa dan Ning bersahabat sejak kecil. Latar belakang keluarga yang berbeda tidak jadi kendala bagi persahabatan mereka. Setelah dewasa persahabatannya berlanjut ke tingkat berikutnya. Salsa terpaksa harus berbagi suami dengan sahabatnya. Hal itu be...