Gaes, aku udah baca semua komentar kalian di bab 4. Rameee. Banyak sider muncul juga. Haha. Makasiiii yak!
Iya, PTP nggak jadi unpub deh, haha.
Yang penting jangan lupa vote & komen, yaaa!Py reading 💜
🍂
"Nin, tentang omongan saya kemarin di restoran, saya serius. Kalau acara pernikahan Ruby udah beres, saya boleh ketemu sama Pakde Danang dan Bude Yuni, kan? Atau, sekalian saya ajak orang tua saya langsung kali, ya?"
Ucapan Adrian terus saja terngiang-ngiang dalam telinga Hanin. Menambah resah dan gelisah yang cukup menyiksanya pagi ini. Ada perasaan bersalah yang membuncah, yang menekan kuat dadanya ketika Hanin sadar ia harus mengingkari janjinya pada Adrian.
Baru saja, Hanin sah menjadi istri Ilham. Namun, kedua tangannya tidak juga berhenti saling meremas gugup. Padahal, seharusnya Hanin tidak perlu merasa begitu, mengingat ini bukanlah benar-benar hari pernikahannya.
Terlebih, Hanin bukanlah pengantin perempuan yang diinginkan dalam acara sakral hari ini.
Meski begitu, Hanin tetap harus tersenyum, bukan? Siapa pun yang melihatnya harus percaya bahwa ia adalah pengantin yang paling berbahagia hari ini. Setidaknya, Hanin tidak boleh mengecewakan Bude Yuni dan Pakde Danang.
Oke. Senyum, Hanin. Di luar, banyak tamu udah nunggu.
Lalu, tanpa sengaja Hanin bersitatap dengan Adrian yang duduk di antara banyaknya tamu. Laki-laki gagah berbatik lengan panjang yang sejak tadi menghubunginya, bertanya tentang keberadaannya, dan ingin menemuinya. Namun, terabaikan.
Mulai hari ini, Hanin harus menjaga jarak dengan laki-laki itu, seseorang yang sepertinya ... sudah Hanin buat kecewa dan patah hatinya.
Raut kaget dan bingung Adrian cukup jelas terlihat meski hanya sekilas keduanya bertemu pandang. Pasti tidak menyangka sama sekali jika Hanin akan menjadi pengantin pagi ini. Sayangnya, Hanin tidak punya kesempatan untuk terlalu lama memikirkan atensi Adrian, walau sekadar melempar senyum sebagai permohonan maaf.
Sadar diri, Hanin memutus tatap lebih dulu. Kembali fokus pada perannya sebagai pengantin yang harus segera menemui suaminya.
Sekali lagi, ada yang lebih penting daripada sekadar memikirkan hubungannya dengan Adrian yang telanjur layu sebelum berkembang, yaitu kebahagiaan Pakde Danang dan Bude Yuni.
"Bude, jangan nangis terus. Nanti make up-nya luntur. Malu sama tamu, sama temen-temen pengajian Bude," kelakar Hanin sambil tersenyum. Mati-matian ia menahan tangis, tetapi air matanya tetap menitik juga.
Tadi, Bulik Enggar memberikan Hanin tisu, yang sekarang Hanin gunakan untuk mengusap lembut air mata di wajah Bude. Benar bisikan Bulik Enggar, air mata akan mengucur bebas saat prosesi sungkeman.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUKUL TIGA PAGI [√]
RomancePUKUL TIGA PAGI (18+) [Spin Off Dengannya Tanpamu] "Tentang sementara yang menetap selamanya." *** Percaya mitos, Hanin benar-benar mencuri ronce melati pengantin di hari pernikahan sahabatnya. Ia hanya ingin bisa segera menikah sebelum berusia 30 t...