[PTP] 35. Cemburu

1.4K 80 3
                                    

[BAB 35: Cemburu]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BAB 35: Cemburu]

.
.

Akhirnya kita ketemu lagiii 🙆🏻‍♀️
Mana yang kangen Aa Ilham? 💛

Akhirnya kita ketemu lagiii 🙆🏻‍♀️Mana yang kangen Aa Ilham? 💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂

Belajar dari pengalaman, Hanin tidak mau melewatkan kesempatan untuk bertemu mertuanya sebelum berangkat kerja di ruang makan. Terlebih, semalam mertuanya sudah istirahat di kamar saat ia pulang larut dari Pukul Tiga Pagi.

Sejak siap dengan outfit---blouse kuning lemon dan kulot cokelat muda---ke klinik hari ini, Hanin membantu Bi Lilis menyiapkan sarapan. Bikin Mami sempat geleng-geleng karena Hanin cukup keras kepala untuk disuruh diam dan tidak ikut repot di dapur ketika pagi hari.

Mungkin, saat di area laundry di belakang, Mami sudah mencibirinya yang susah diatur dan sebagainya dengan Bi Lilis. Pikiran buruk itu sempat membuat Hanin sedih dan ingin menyerah, tapi ia berusaha untuk tetap baik-baik saja. Lanjut cuci piring atau menyiapkan bahan-bahan sarapan. Pagi ini menunya sandwich isi aneka sayuran, telur mata sapi, dan daging slice.

"Pagi, Tante." Hanin tengah meletekkan dua piring sandwich saat menyambut Mami yang tiba di ruang makan pukul tujuh kurang. Ia juga melempar senyum, tidak peduli jika tingkahnya mungkin bikin Mami tambah sebal.

"Kamu ngeyel, ya?" Mami duduk di kursinya, bersiap sarapan setelah tadi sibuk bolak-balik mengurus pakaian Papi dan untuknya sendiri. Kata Bi Lilis, ada baju yang ingin digunakan, tetapi ternyata belum disetrika. "Masih saja repot bantu Bi Lilis. Nggak takut terlambat berangkat ke klinik?"

Jangan kira nada bicara Mami itu hangat dan ceria seperti para ibu yang begitu perhatian dengan kegiatan anak-anaknya. Tidak sama sekali. Ucapannya masih penuh dengan aura dingin, nada datar, dan sedikit omelan karena Hanin bebal.

"Masih ada waktu kok, Tante." Hanin menyahut dengan nada penuh percaya diri. Ia sudah memperkirakan banyak waktu hingga menghafal kebiasaan jam sarapan di rumah ini, yeng ternyata tidak bisa ia ikuti setiap hari karena ia harus berangkat duluan. "Tadi Bi Lilis yang buat sarapan, saya cuma bantu nata makanan di meja aja."

PUKUL TIGA PAGI [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang