Masih ada yang nungguin cerita ini nggak, sih? Vote & komennya sepi, jadi kayak nggak ada tanda-tanda kehidupan di lapak ini 😅
Unpub aja kali, yak? Wkwk.
🍂
Melihat Ilham masih berkeliaran di kafe hingga selarut ini, Adam berhenti memasukkan cookies ke mika kemasan. "Mas, mending Mas pulang, istirahat. Nggak ada yang perlu Mas Ilham cemasin lagi. Cookies juga udah ready semua, tinggal dikemas. Besok bisa diantar sama Lutfi jam 8 pagi."
Tatapan tajam Ilham tidak berhenti mengawasi area kitchen. Pesanan cookies sebanyak 100 pieces untuk diambil besok pagi yang sempat membuatnya stress bukan main beberapa jam lalu, kini sudah matang semua. Bahkan para pegawainya bilang, rasanya jauh lebih enak dari buatan Lintang.
"Mas Ilham, cookies-nya masih sisa banyak. Mau bawa pulang nggak?" tanya Iren yang tengah membantu Adam. "Atau, buat Mbak Hanin."
Helaan napas Ilham terembus berat dan disusul dengan decakan pelan begitu mendengar nama Hanin disebut-sebut. Namun, ia sedang tidak mau ambil pusing. "Simpan aja buat stok besok. Siapa tahu ada pengunjung yang order. Saya pulang dulu."
"Oh gitu?" Iren masih kebingungan, merasa kurang puas dengan keputusan bosnya.
Pasalnya, Hanin yang bukan pegawai dan tadi datang dalam keadaan kacau dan terlibat pertengkaran singkat dengan Ilham, malah sempat-sempatnya membantu membuat cookies hingga jadi sebanyak ini---lebih dari jumlah pesanan.
Jadi, maksud Iren, sepertinya tidak apa-apa jika Hanin mendapat beberapa pieces cookies buatannya untuk dinikmati di rumah sebagai ganti dari jasanya yang tidak dibayar.
"Btw, semangat buat besok, ya, Mas! Kita pasti datang ke acara nikahan Mas Ilham kok," seru Adam, yang hanya mendapat balasan senyum tipis sebelum Ilham benar-benar keluar pintu kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUKUL TIGA PAGI [√]
RomancePUKUL TIGA PAGI (18+) [Spin Off Dengannya Tanpamu] "Tentang sementara yang menetap selamanya." *** Percaya mitos, Hanin benar-benar mencuri ronce melati pengantin di hari pernikahan sahabatnya. Ia hanya ingin bisa segera menikah sebelum berusia 30 t...