[PTP] 15. Salah Tingkah

2.3K 301 25
                                    

[BAB 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BAB 15. Salah Tingkah]

.
.

yeay, aku berhasil update cepat!

gimana?
udah siap gemes-gemesan? 😆

mari kita lihat apa yang terjadi dengan Hanin & Ilham pas deepktalk di pantri Kaldera sampe digibahin di grup dan kafenya mau dibakar Arif wkwk

mari kita lihat apa yang terjadi dengan Hanin & Ilham pas deepktalk di pantri Kaldera sampe digibahin di grup dan kafenya mau dibakar Arif wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



🍂




"Udah mendingan?"

Setelah hampir 15 menit membiarkan Hanin menangis, akhirnya Ilham menyuarakan tanyanya. Tidak dengan diam saja. Sejak tadi, tangannya bahkan tidak berhenti memberikan usapan atau tepukan lembut di punggung Hanin.

Katakanlah, Ilham cukup cemas dan penasaran mengapa tadi Hanin tiba-tiba memeluknya, lalu meledakkan tangis di dadanya. Sampai-sampai, Ilham harus bergegas menuntun Hanin ke pantry Kaldera di lantai dua karena tidak ingin mengganggu kenyamanan pengunjung yang tengah berbelanja.

Beruntung Riza sempat mengikutinya ke pantry, jadi langsung sigap menghampiri Aira yang kaget dan kebingungan melihat sahabatnya menangis sesenggukan. Entah apa yang Riza bisikkan sehingga Aira akhirnya menurut dan memberikan waktu berdua untuk Ilham dan Hanin.

"Sori, sori." Hanin berulang kali mengusap pipinya, tetapi air matanya enggan berhenti mengalir. "Aduh, tapi aku nggak bisa berhenti nangis. Haha." Terakhir, tawanya terdengar begitu frustrasi di sela segukannya.

Ilham akhirnya bangkit, mengambil air hangat untuk Hanin. Ia kembali duduk di stool, dengan sudut serong yang masih sama seperti tadi: menghadap ke arah Hanin.

"Minum dulu, Nin."

Hanin segera meneguk air hangat pemberian Ilham. Setelahnya, ia menarik napas dalam-dalam, mengontrol isak tangisnya. Namun, ternyata tidak semudah itu. Air matanya tetap tumpah dan nyeri hatinya masih berdenyut-denyut di dalam sana.

PUKUL TIGA PAGI [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang