Hari-hari berlalu begitu cepat. Seorang laki-laki sedang berdiam diri disuatu ruangan yang sangat gelap, tak ada sedikitpun penerangan didalam ruangan tersebut. Sunyi dan sepi. Seorang laki-laki sedang mengurung dirinya sebelum hari kehancurannya besok.
Ruangan yang awalnya sangat bersih dan rapi. Kini seperti menjadi sebuah gudang, Barang-barang berserakan dimana-mana, pecahan kaca siap melukai kaki siapapun yang ingin masuk menemuinya. Botol minuman keras berjejer rapi diseluruh penjuru kamar.
Ken hancur.
Ken kehilangan Vee-nya.
Ken benci hari esok.
Dan Ken benci Aldara.
Mata laki-laki itu memerah sangat tajam, seolah siap menusuk siapapun yang melihatnya. Senyum miringnya terbit, "Guee bakal bikin lo menderita sepanjang hidup lo, Aldara!" Ken tertawa sangat keras setelah mengatakan hal itu, namun beberapa detik kemudian laki-laki itu menunduk, air matanya menetes sangat deras. "Vee... gue kangen sama lo, apa yang harus gue lakuin, Vee?" Lirihnya sembari sesegukkan.
Laki-laki itu mengambil foto Valerie yang tersusun sangat banyak, dan hampir seluruh penjuru kamar apartemennye terpampang foto kekasihnya. "Lo punya gue, Vee. Cuma lo yang berhak nikah sama gue." lirihnya.
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Ken dari foto-foto gadisnya.
"Jangan ganggu gue, Ly.. gue bener-bener gak mau diganggu." ucapnya. Ken tahu yang mengetuk pintunya adalah Lily karena mereka hanya tinggal berdua disini.
"Makan dulu, Bang.." suara Lily sangat pelan, ia takut saat melihat keadaan Abangnya kemarin. Kemarin waktu menemui Mama mereka. Ken sangat marah dan sampai sekarang laki-laki itu sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Entah apa yang yang mama mereka katakan sehingga Ken diam tak berkutik dan enggan membantah ucapannya. Lily sangat yakin bahwa mamanya telah mengancam abangnya.
"Bang, gue buka yaa?" tanya Lily lagi.
Kini Ken tak lagi mengeluarkan suaranya, laki-laki itu memilih terdiam dan memandangi foto Vee. Lily masuk, dan gadis itu sangat terkejut ketika melihat bagaimana berantakannya kamar Ken bahkan Lily melihat kaca yang berserakan dibawah kakinya. Untung saja gadis itu menggunakan sandal yang lumayan tebal sehingga tajamnya kaca tersebut tidak mampu menembus kakinya.
Lily melihat bagaimana seorang Ken benar-benar hancur. Kantung mata yang begitu hitam, wajah yang sangat lesu tidak berdaya, dan bibir yang sangat pucat. Lily melihat sekeliling, gadis itu menghela nafas berat karena banyaknya foto Valerie yang terpampang jelas. Lily terdiam sejenak sebelum meletakkan makanan dan berlalu keluar. Gadis itu tidak bisa melakukan apapun karena Ken sama sekali tidak ingin diganggu.
Lily menutup pintu kamar Ken dan beranjak menuju ruang televisi untuk mengambil sesuatu. Gadis itu menatap kertas yang ada ditangannya Kemudian menyandang tas dan meninggalkan Ken untuk mengantar sesuatu
---
"Bundaaa..."
Tak ada sahutan. Hari ini adalah hari sabtu. Valeschool memang libur pada hari sabtu dan minggu, karena sekolah tersebut menerapkan sistem fullday.
Valerie yang baru saja bangun dari tidurnya bingung mencari keberadaan Bundanya. Gadis itu memang bangun agak siang dikarenakan semalam dirinya begadang menonton film yang baru saja direkomendasi oleh teman-temannya.
"Ngapain kamu bengong gitu?" tanya seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul dibelakang Vee.
"BUNDAAAA, NGAGETIN AJA SII!!" seru Valerie.
Valerie melihat Bundanya yang membawa banyak sayur-mayur dan buah-buah-an. "Bun, Bunda tau gak waktu pulang sekolah aku ketemu siapa?"
Vee membuka suaranya setelah meminum air yang ada diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE (ON GOING)
Novela JuvenilValerie Quensha Brigita Abimanyu. Ketua Eskul Musik di Sekolahnya. Kekasih dari laki-laki berandalan pertama seantero SMA RAGEDRA Panggil saja dia Vee. Gadis yang dipandang baik oleh semua orang. Sifatnya yang ramah dan penyayang, menjadikan dirinya...