27. CATHRINE? U OKE?

739 38 1
                                    

Rafi diam seraya melihat teman-temannya bercanda gurau. Ia sedang menunggu kedatangan seseorang yang sepertinya tidak akan datang menemuinya.

"Lo nungguin seseorang?" tanya Athenio. Laki-laki itu sedari tadi memperhatikan Rafi yang terdiam menatap kearah pintu masuk ruangannya.

Rafi mendongak, sedetik kemudian ia menggeleng. "Nungguin Cath dia ituu!" Celetuk Ozzy menggoda.

Mereka tertawa mengejek Rafi yang gengsi mengakui. Namun disisi lain mereka juga merasa aneh, karena Rafi bukanlah laki-laki yang memiliki gengsi besar, seperti Dexter.

"Tapi kenapa Regal sama antek-anteknya gak ada pergerakan lagi?" cetus Darell tiba-tiba. Memang penyerangan yang dialami oleh Rafi masih menjadi pertanyaan diotak mereka.

Dexter mengangguk setuju, "Bukan Regal."

Mereka menatap Dexter penuh tanya. Jika bukan Regal lalu siapa?

"Maksud lo?"

"Jawab." tekan Dexter meluruskan pandangannya menuju Rafi.

Rafi terintimidasi. Apakah Dexter tahu yang ia sembunyikan? Apakah Dexter tahu apa yang telah ia lakukan?

"A—apa?" tanyanya, sedikit gagap.

Dexter memejamkan matanya, "Lo yang ngomong atau gue?" ancam Dexter tidak main-main.

Athenio, Darell, Dan Ozzy menatap Dexter dan Rafi secara bergantian. Mereka tidak tahu menahu alasannya. Mereka seperti orang bodoh sekarang.

Athenio yang sudah muak dengan sesi ini, sesegera mungkin laki-laki itu menengahi, "Apa yang lo sembunyiin dari gue!" tegasnya.

Rafi sedikit tersentak dengan suara Athenio. Pasalnya laki-laki itu hanya akan mengeluarkan aura ketua-nya saat ada rapat ataupun kumpul resmi dengan anggota.

"G—gak ada!" ucap Rafi, sedikit tegas, namun terlihat jelas dimata laki-laki itu bahwa ia sedang berbohong.

"Bohong!" sela Dexter.

Athenio menatap Rafi kemudian mendekat. "Ceritain apa yang terjadi!"

Rafi menatap Athenio sejenak, sebelum menghembuskan nafas pasrah.

"Bukan Regal...Bukan Regal ataupun anak buahnya!" ceritanya pelan. Matanya menatap langit-langit ruang inapnya.

Sementara Athenio dan yang lain meluruskan tatapan ke arah Rafi.

"Siapa?"

"Ayah-nya Cathrine."

Hening.

Mereka mencerna ucapan Rafi. Mengapa? Mengapa Ayah Cathrine, apa yang terjadi dengan Rafi dan gadis itu hingga Ayah-nya sampai mencelakai Rafi.

"Lo ada masalah apa sama Cath?" Tanya Dexter.

"Lo selingkuh dari Cathrine? Jiwa Fucekboy lo kambuh lagi? Apa gimana?" Cecar Ozzy dengan pertanyaan bertubi-tubi yang mengundang tendangan maut dari Dexter.

"Diem sebelum bibir lo jontor!"

"Mau lo ajak cipokan sampai jontor?" Goda Ozzy.

"Najis!"

Athenio menatap Ozzy garang. Seolah menyuruh laki-laki itu untuk diam sebentar. Saat ini bukan waktunya untuk bercanda.

"Gu—gue cuma ada masalah kecil sama Cathrine." jawab Rafi.

Dexter yang mendengar itu mendengus. "Lo bohong sekali lagi. Gue jorokin lo dari lantai 3."

Ozzy melongo, "Ini ucapan terpanjang yang pernah gue denger dari mulut si beku." cicitnya pelan sembari menggeleng kepala. Seharusnya ia abadikan tadi.
.
Rafi menatap Dexter jengah. Ia sudah yakin bahwa Dexter mengetahui semuanya. Bahkan dari tatapan mata Dexter-pun ia bisa melihat-nya.

Sementara Darell, diam dan mengamati. Ia masih belum mengerti apa masalah dari Rafi sama seperti Athenio dan Ozzy.

"Gue u—udah bikin Cathrine nangis!" cerita Rafi, kemudian diam membuat mereka mendengus kesal. Kenapa cerita setengah- setengah sih!

"Lo amnesia?" serobot Ozzy yang tidak sabaran.

Dexter mendapat tatapan penuh tanya dari Athenio karena Rafi bercerita dengan berbelit-belit. Ia sudah muak dengan cerita Rafi yang tidak memiliki inti.

Dexter menatap Rafi, Rafi memberikan gelengan kecil agar Dexter diam. Namun Dexter tidak peduli. Laki-laki itu tetap membeberkannya.

"Hamil."

UHUK-UHUK!

"Siapa? Siapa yang hamil?" Kaget Ozzy. Otaknya sedikit ngeblank. Sementara Athenio terdiam ditempatnya. Terduduk. Kaget. Sungguh.

---

Disisi Lain Valerie baru saja keluar dari ruangan Cathrine. Gadis itu pingsan saat mereka ditaksi tadi.

Saat ini Cathrine sedang melakukan pemeriksaan oleh dokter. Maka dari itu Valerie keluar sebentar.

"Keluarga Pasien Bernama Cathrine." Panggil sang Dokter. Valerie mendekat. Kemudian masuk ke ruangan tersebut.

"Anda ada hubungan apa dengan Nyonya Cathrine?"

Valerie berpikir sejenak, "a—ah saya Adiknya."

Dokter itu mengangguk. "Ini umur kandungan Ibu Cathrine sudah memasuki 2 min—"

"APA?!"

"Kenapa?" Tanya Dokter itu balik.

Valerie terkejut, hingga berteriak keras. Apa tadi? Hamil? Cathrine hamil? Apakah Dokter ini tidak salah diagnosa.

"Dok, kaya-nya dia sakit demam biasa, Bukan Hamil."

Dokter cantik itu terkekeh, "Kita sudah melakukan Tes untuk pengecekkan, jadi tidak mungkin bahwa kami salah mendiagnosa pasien? Apakah Pasien tidak memberi tahu anda?"

Valerie terdiam. Ia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa atas hal ini. Otaknya buntu. Saat ini yang menjadi pertanyaannya adalah, siapa ayah dari anak yang dikandung sahabatnya ini.

"A—ah iya, Dok. Lalu apa yang harus saya lakukan?"

"Jangan sampai Ibu Cathrine kelelahan, karena kondisi janinnya saat ini lemah. Dan ini tolong tebus obatnya." Ucap dokter tersebut kemudian berdiri.

Valerie menatap kuitansi obat ditangannya. Gadis itu mendekati brankar Cathrine. "Cath.." Lirihnya.

"Are u okay?"

VALERIE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang