"Siapa?"
Athenio bertanya dengan nada dinginnya ketika sampai diruang inap milik Rafi. Sementara semua teman-temannya hanya terdiam. Mereka tahu Athenio sedang menahan amarah.
Rafi terkekeh kecil. Laki-laki itu melihat jelas aura kemarah ketuanya ini, "Gue gak papa!"
"Tapi gue gak tau siapa yang mukul gue sampai gue jatuh ke aspal." lanjut laki-laki itu lagi.
"Regal!" ucap Dexter singkat.
Darell menggeleng, "Belum tentu."
"Bener kata Dexter, siapa lagi kalo bukan sibangsat sama antek-anteknya!"
"Kita balas!" ucap Athenio beranjak berdiri. Namun Rafi mencegah laki-laki itu.
"Kayaknya ini jebakan!" cetus Rafi membuat mereka berempat seketika berhenti.
"Maksud lo?"
"Ini pancingan supaya kita nyerang duluan!"
Athenio terdiam sejenak sebelum sebelum suara Darell membuatnya berpikir sedikit keras, "Gue setuju sama Rafi, kita harus lebih baik persiapin diri dari pada harus nyerang duluan."
"Duduk!" titah Athenio.
Mereka semua duduk. Memikirkan cara agar bisa membalikkan situasi, agar musuh mereka keluar terlebih dahulu.
Athenio mengecek ponselnya. Sembari menyandarkan kepalanya, "Anjing!"
"Kenapa?" tanya Ozzy kaget.
"Gue lupa ngabarin cewek gue!"
Ozzy mencebik, "Sial, bikin gue kaget aja."
Athenio segera meninggalkan pesan karena Valerie tidak mengangkat telfonnya. Dihadapannya teman-temannya melongo, melihat tingkah aneh Athenio.
"Bos, lo sehat?"
Athenio melirik sinis, "Lo pikir gue gila?"
Ozzy terkekeh garing, lalu menatap Dexter sejenak. Jika ia lihat-lihat setelah menatap wajah Athenio kemudian melihat Dexter membuatnya geleng-geleng kepala.
"Athenio yang dikenal beringas aja, kalo bucin jadi kucing. Apalgi Dexter nanti kalo bucin. Apa gak berubah jadi pembicara dia?" tanyanya pada Darell.
Darell terkekeh begitu juga Rafi, "Dari pada lo ngomongin orang terus, mending lo cari pacar sana. Jomblo mulu perasaan."
Ide jahil muncul diotak Ozzy, "Gue tu sebenarnya udah deket sama cewek. Tapi keburu ditikung."
"Siapa?" kepo Darell. Sebenarnya yang lain juga kepo, namun Darell sudah mewakili.
"Valerie."
Athenio tersedak. "Maksud lo?"
Ozzy menatap Athenio. Tatapannya seperti ingin membunuhnya saja, Ozzy sedikit merinding, namun tak urung menghentikan kejahilannya. "Gue emang udah deket lama, Bos. "
"Gue sama Valerie itu sahabatan waktu SMP. Gue pernah bilang kan kalo gue dari Bandung." Sial, Ozzy memang lulusan SMP di Bandung, sehingga semakin menunjuang kebohongannya.
"Lo pikir gue percaya, hah?"
Ozzy menatap Athenio serius, "Gue beneran, gue mau nembak dia setelah tahu dia putus sama Ken. Tapi keburu lo ngomong suka sama dia. Jadi gue mundur."
"Lo serius kan?" tanya Rafi.
Sementara Athenio sudah mengetatkan rahangnya. Dexter melihat itu. Hatinya tersenyum geli melihat wajah sok berani Ozzy. Laki-laki itu tahu, Ozzy sedang berbohong. Sangat terlihat dari matanya yang bergerak kesana kemari.
"Lo pikir gue percaya?" sentak Athenio.
"Lo bisa telfon Valerie, bos. Tapi kayaknya dia gak bakal ngomong. Soalnya waktu lo jadian sama dia. Dia bilang sama gue buat pura-pura gak kenal. Dia takut lo marah sama gue karena gue bohong sama lo."
Darell mengompori, "Bener-bener lo, Zy!"
"Ya ma—!" Athenio menarik kerah Ozzy membuat laki-laki itu memejamkan mata, "G—ggue bercanda, Bos!" selanya cepat. Bisa tewas saat ini juga dia jika tidak berbicara secepatnya.
Athenio melepaskan cengkaramannya, "Sekali lagi kayak gitu, beneran gue bikin miring rahang lo!"
Ozzy menyengir tidak jelas, lalu mengangkat dua jari tangannya. Sial, Athenio mengerikan jika marah.
Raffi terkekeh keras ,"Makanya gak usah banyak gaya!"
Darell mengangguk setuju, sementara Dexter. Ia hanya diam dengan wajah datarnya, tapi hatinya tertawa melihat Ozzy.
Semoga selalu seperti ini.
---
"Gue bunuh kalo ketemu!" decak Valerie melihat ponselnya. Athenio tidak mengabarinya, lalu bagaimana ia akan pulang, sementara ia berangkat bersama Athenio.
Valerie melihat jam tangannya, Sebentar lagi jam pulang akan segera tiba. Namun Athenio belum terlihat seujung kuku-pun.
Baru saja gadis itu ingin menelfon kembali, Pesan masuk dari Athenio membuat dirinya segera membuka pesan tersebut. "Rafi kecelakaan?" beo-nya.
"Apa Cathrine tahu?"
Gadis itu memesan Grab untuk ia pulang. Namun belum sempat memesan Valerie melihat Cathrine yang berlari tergopoh-gopoh kearahnya.
"VEE! IKUT GUE!"
"Stop! Nafas dulu."
"Ceritain!"
Sebenarnya Valerue sudah tahu, tapi ia ingin memastikan saja bahwa Cathrine akan mengajaknya ke Rumah Sakit.
"R—rrafi, kecelakaan!"
Cathrine langsung menariknya ke arah taksi yang akan mereka tumpangi menuju rumah sakit. "Cath! Pelan. Rafi gak papa, Athenio dan yang lain udah disana!"
Seketika kekhawatiran dihati Cathrine langsung hilang. Lega rasanya. Walau masih sedikit khawatir.
"Badan lo panas banget!" seru Valerie.
Cathrine menundukkan kepalanya. Dan setelahnya. Gadis itu hilang kesadaran.
"CATHRINE!"

KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE (ON GOING)
Novela JuvenilValerie Quensha Brigita Abimanyu. Ketua Eskul Musik di Sekolahnya. Kekasih dari laki-laki berandalan pertama seantero SMA RAGEDRA Panggil saja dia Vee. Gadis yang dipandang baik oleh semua orang. Sifatnya yang ramah dan penyayang, menjadikan dirinya...