Prolog

1.7K 11 2
                                    

"Ini bukan zamannya Siti Nurbaya, kenapa harus ada perjodohan ini, Pa?" protesku dengan lantang. Aku tidak mau pernikahan itu.

"Papa tidak peduli ini zaman Siti Nurbaya atau bukan. Kita keluarga besar hanya menjalankan amanah yang sudah kita janjikan sejak kalian kecil," jelas lelaki yang sudah membesarkanku sejak 20 tahun lalu.

"Tapi bisa 'kan tunggu sampai aku siap dinikahi, setidaknya tunggu aku selesaikan kuliah sampe sarjana," alasanku lagi sambil menahan air mata yang sudah tertumpuk di pelupuk mata.

Aku tidak mau cita-citaku menjadi dokter, terhalang gara-gara harus menikah muda. Aku merasa umurku masih terlalu muda untuk menikah, usiaku masih dua puluh tahun.

"Tidak bisa, keluarga Pak Latif tidak bisa menunggu lagi. Lagipula keluarga sudah menyetujui surat kontrak. Sebelum surat itu ditandatangan, kalian udah harus punya hubungan suami istri. Karena papa ...," tegas Pak Faris setyawan yang merupakan ayah kandungku dan juga seorang pengusaha properti.

"Papa egois!" Aku langsung memotong pembicaraannya dengan nada meninggi. "Mengorbankan putrinya sendiri demi usaha papa sendiri," ucapku marah, tak terkendalikan lagi sembari menetaskan air mata yang sudah penuh dan akhirnya terjatuh begitu saja tanpa bisa ditahan.

"Kamu ...."

MENIKAH DENGAN PRIA DEWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang