Bab 7C

272 0 0
                                    

Kulihat mereka berdua akhirnya diam sambil tangan mengaduk jus mangga yang masih dingin. Sesekali mereka memasukkan camilan ke mulut dan melempar pandang ke arah penyanyi yang masih ada di sudut ruangan untuk beristirahat.

"Eh, kalian udah satu tahun menikah?"

Tuh, kan, Nella masih bahas tentang aku dan suamiku.

"Belum, masih 11 bulan," jawabku mengira-ngira, kalau aku tidak salah ingat.

"Iya, maksudku udah hampir satu tahun tinggal di satu atap, serius kamu belum ada perasaan apa-apa ama suamimu?" tanya Nella sembari menaikkan salah satu alisnya. Dia ingin tahu banget, kayaknya.

Aku hanya menaikkan kedua bahu bersamaan, malas menanggapinya. Aku menyeruput jus stoberi yang baru diantar pelayan.

"Nanti keburu disamber cewek lain lho. Btw, lo sadar enggak, sih, kalo Mas Romi-mu itu udah ganteng, tajir, masih muda, enggak pelit, badannya perfecto, pinter dan pekerja keras. Aku yakin banyak cewek klepek-klepek ama dia. Nyesel ntar lo, Gin kalo itu terjadi."

Entah apa maksud Nella menyatakan hal itu kepadaku? Sejak kapan dia berpihak kepadanya? Jangan-jangan dia hanya meledekku saja. Lagi, aku hanya bungkam, kupalingkan wajah ke sekeliling tamu yang tak kukenal itu. Malas menanggapi pernyataan mereka.

"Kalo dia bukan suamimu, mungkin aku akan menebar pesona ke dia. Mana tahu dia bisa jatuh di pelukanku. Saat itu, aku tidak akan melepaskannya." ujar Linda menimpalinya sambil senyum tak jelas.

"Ngaco kalian berdua." Spontan kalimat itu lolos di bibirku. Entah kenapa aku keceplosan dan merasa tak suka jika mereka seolah ingin memiliki suamiku. Memangnya nggak ada cowok lain di dunia ini, sehingga mereka seakan ingin memilikinya juga?

"Kenapa? Lo tiba-tiba takut?"

Sepertinya Nella menantangku. Aku meringis menggeleng, rasanya tak masuk akal kalau sahabatku mau menikung aku, kan?

"Ayolah, Gin. Coba buka gerbang hatimu sedikit buat Mas Romi-mu. Tidak ada salahnya mencoba," saran Nella dan Linda ikut memberi anggukan setuju.

"Lagian, nih, ya, kalian, 'kan sudah sah suami istri secara agama dan hukum. Jadi, wajar kalau kalian belajar saling cinta, saling memiliki." Nella makin cerewet dan Linda masih mengangguk-angguk tanda setuju dengan penyataan Nella.

"Emang kamu lagi suka ama cowok lain?"

Nella membidik curiga. Mata mereka menatapku bak seorang polisi sedang intrograsi penjahat yang habis ketangkap basah. Apa mereka tahu kalau aku suka sama Kak Arnold?

Aku mendengus kesal dengan tatapan yang mereka berikan padaku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali.

"Sapa?" tanya mereka serentak.

"Enggak ada," latahku cepat. Mereka tidak boleh sampai tahu tentang perasaanku pada senior kita. Persahabatan kita bisa rusak. Secara aku tahu kalau Linda juga suka sama Kak Arnold.

"Tuh, enggak ada. Yang udah, tidak ada salahnya kamu membuka hatimu untuk Mas Romi-mu," jawab Nella lagi. Lebih baik aku diam daripada nanti keceplosan.

"Kalian pernah nge-dated?" tanya Nella pelan sambil mendekat dan meneliti wajahku. Entah apa yang dia lihat di wajahku, apa ada kutil apa jerawat, ya?

"Kencan?" tanyaku sambil mikir lalu menggeleng.

"Sekali pun tidak pernah?" Nella ingin memastikan.

"Iya, tidak pernah. Kita pergi bersama saat ada acara keluarga besar saja."

"Kamu tahu makanan kesukaannya?" tanya Nella dan aku menggeleng.

"Warna kesukaannya?" Giliran Linda yang tanya. Kembali, aku menggeleng. Aku sama sekali tidak tahu tentang dirinya. Bahkan, aku tidak pernah kepikiran untuk mencari tahu.

"Tanggal lahirnya? Awas kalo lo tidak tahu juga!" ancam Nella dengan mata sedikit melotot. Aku tertawa melihat ekspresi wajahnya dan aku menggeleng untuk kesekian kali.

 "Ya amplop, Gin. Kebangetan kamu. Ke mana saja kamu selama ini?"

Nella tepok jidatku dan aku meringis kesakitan sambil mengusap kening. Dia menarik napas panjang sebelum memberi ceramah panjangnya.

"kita tahu kalau kamu tidak mau pernikahan ini, tapi ini udah terlanjur terjadi, Gin. Terus kamu bisa apa? Gugat cerai? Mau jadi janda muda? Sementara aku lihat, Mas Romi tidak buruk-buruk amat dan tidak melakukan kesalahan apa-apa. Dia normal, tidak cacat dan masih melakukan kewajiban sebagai suami, nafkahi lo.  Lagi pula kasus kayak kalian itu sudah banyak di luar sana. So, what's wrong? Awas, jangan sampe nyesel kalau suatu saat nanti, ada perempuan lain yang hinggap di hati suamimu itu."

"Suami? Suami siapa?"

Spontan ketiga pasang mata kita melotot ketika melihat sosok Kak Arnold, sang gebetan menghampiri meja dengan wajah penasaran.

Nah, lho, ketahuan, kan? Berabe dah.

Bersambung.
Cerbung ini sudah tamat di KBM App (herlina_teddy) dan Karyakarsa (herlinateddy). Ada paket hemat dan murah Fullpart di Karyakarsa.

MENIKAH DENGAN PRIA DEWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang