Bab 8A

233 0 0
                                    

"Suami? Suami siapa?"

Spontan ketiga pasang mata kita melotot ketika melihat sosok Kak Arnold, sang gebetan menghampiri meja dengan wajah penasaran.

Mateng, deh, kalau Kak Arnold tahu kalau aku sudah menikah. Gara-gara Nella, sih, nggak lihat situasi dan kondisi di sekitar.

"Eh, bukan. Itu suaminya tanteku yang ada di Semarang."

Mulut Nella berbohong dengan mulus kayak jalan tol tanpa hambatan untuk mencari alibi. Wanita itu memang is the best, menurutku. Dia pintar mengakali sikon apa pun. Jantung yang tadi berpacu tiga lebih cepat perlahan melambat. Aku menjadi kikuk sebab takut ketahuan kalau diam-diam aku sudah menikah.

"Kalian di sini juga ternyata. Nge-fans dengan Ksatria juga?" tanyanya, menarik kursi dan duduk di sampingku tanpa minta permisi. Sepertinya Kak Arnold percaya dan tak ada tanda-tanda curiga.

"Ya, lumayan buat ngehabisin waktu weekend." Aku menjawab seadaanya sambil melirik sikap Linda yang salah tingkah dari tadi sejak kehadiran pria berkemeja marron itu.

Kami berempat pun terlibat perbincangan ringan. Linda lebih inisiatif menanyakan banyak hal kepada Kak Arnold. Senior itu pria supel, pintar beradaptasi dengan semua keadaan. Wajah tampan dengan mata sedikit sipit lantaran dia blasteran Jawa dan Korea. Kulit putih dan rambut cepak menambah kemolekan di wajahnya.

"Eh, sudah malam banget nih, aku antar pulang, ya?" Dia melirik sekilas ke benda yang melingkar di pergelangan tangan.

"Eh, iya, lho, udah jam sepuluh." Nella pun ikut melirik jam tangannya.

"Serius?"

Aku menarik tangannya dengan paksa untuk memastikan. M@ti aku, kalau benar. Kita jadi lupa waktu. Salah satu peraturan yang dibuat Mas Romi adalah paling telat jam sepuluh aku harus sampai di rumah. Aku panik ketika melihat jarum jam itu memang sudah menunjukkan angka sepuluh lewat dikit.

"Astaga, yuk, Nel, Lin, kita pulang." Aku berdiri lantas menarik tangan kedua temanku. Tiba-tiba sengatan kecemasan muncul di rongga dada. Aku tak mau menjadi mahasiswa yang duduk manis, mendengar kuliah malam dari suami di Monster Hulk itu.

"Gin, aku antar, ya?" Kak Arnold mencekal lenganku dan refleks aku menepisnya cepat. Sesaat mataku melirik ke arah Linda yang juga menatapku dengan wajah kecewa.

"Tidak usah, Kak. Makasih, aku bareng Nella saja." Aku menolak dengan halus dan menghadiahkan senyuman tipis.

Kalau saja tadi aku belum menikah, mungkin aku akan menerima niat baiknya. Namun, semua sudah berubah, aku sudah menjadi istri Mas Romi. Aku tak bisa membayangkan reaksi suamiku jika benar dia mengantarku malam ini.

Namun, kalau aku memikirkan perasaan Linda, aku harus tetap akan menolak ajakan itu. Biarkan aku mengorbankan perasaan daripada aku kehilangan sahabatku.

"Tidak apa-apa, Gin. Aku juga mau sekalian pulang, biar aku tahu rumahmu."

Aduh, bisa berabe nih kalau dia maksa terus.

MENIKAH DENGAN PRIA DEWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang