32.

95 9 2
                                    

Sudah sebulan sejak Queen diperbolehkan pulang dari rumah sakit, namun tetap harus menjalani perawatan agar ingatannya bisa kembali.

Hari ini Queen dan Bryan sedang duduk di sebuah restoran. Mereka makan dalam keheningan. Bryan berharap cemas, sesekali dia melirik Queen.

Queen menyapu pandangannya ke sekeliling restoran, kepalanya sesekali mengangguk merasakan kenikmatan hidangan yang disajikan.

Perlahan kilasan memori muncul di kepalanya. Di restoran itu Queen melihat banyak orang, tetapi ada satu yang menarik perhatiannya. Pria yang duduk di hadapannya.

"Kau mau menjadi kekasihku?"

Queen mengerutkan keningnya, "kekasihmu?"

"Aargh!" Erang Queen.

Bryan panik saat Queen mengeluhkan rasa sakit di kepalanya. Bryan segera menghampiri Queen yang duduk di hadapannya dan berusaha menenangkannya, "kau tak apa?"

Queen meringis, "aku ingin pulang."

Pria itu mengangguk seraya memanggil pelayan untuk meminta bill, "tunggu! Aku akan membayar ini, setelah itu kita langsung pulang."

Siapa laki-laki itu? Kenapa aku tidak bisa mengingat wajahnya dengan jelas?, batin Queen.

◽️◾️◽️

"Queen, kau sudah bangun? Duduklah!" Bryan tersenyum ceria.

Queen mengamati pria yang tengah sibuk membuat sarapan di dapur itu, "dimana Sean?"

Pria itu menghentikan kegiatannya dan mendengus pelan, "dia tidak di sini."

"Oh, mungkin dia sedikit terlambat." Gumam Queen lalu duduk di kursi meja makan.

"Memangnya dia akan datang?"

Queen mengangguk, "Sean sudah berjanji mengajakku jalan-jalan pagi ini."

Bryan hanya tersenyum kecut.

"Aku mau mandi dulu, tolong beritahu Sean untuk menungguku jika dia datang!"

Bryan mengangguk, "baiklah."

10 menit kemudian

Bel berbunyi beberapa kali, tapi karena Bryan tahu itu pasti Sean, dia sengaja membiarkannya tanpa berniat untuk membuka pintu.

"Bryan! Kenapa kau tidak membukakan pintu? Kau tidak dengar belnya berbunyi daritadi?" Omel Queen yang baru saja keluar kamar dalam keadaan hanya memakai handuk yang dililitkan di tubuhnya.

Queen berjalan menuju pintu tapi Bryan langsung mencegahnya, "kau gila? Pakai dulu bajumu! Biar aku saja yang mengecek ada siapa di luar."

Bryan beranjak membuka pintu setelah Queen kembali ke kamar.

"Mau apa kau kemari?" Bryan melongokkan kepalanya dari celah pintu.

Senyum Sean yang tengah berdiri di depan pintu sambil membawa buket bunga itu langsung luntur.

"Dimana Queen?"

"Tidak ada. Dia sudah pergi."

Sean terlihat kebingungan, "kemana?"

"Tidak tahu. Sebaiknya kau jangan datang lagi kemari!"

"Memangnya kenapa? Kau cemburu?" Sean tersenyum tipis.

Bryan mengepalkan tangannya, "pergilah, Sean! Jangan datang lagi! Cepat pergi!"

Sean yang sedang malas berdebat langsung menyerahkan buket bunga kepada Bryan, "ini untuk Queen, berikan padanya! Aku tahu dia ada di dalam."

Bryan mengambil bunga itu lalu langsung menutup pintu. Dia membawa bunga itu ke dapur dan membuangnya ke tempat sampah.

Queen yang masih merapikan rambutnya berteriak dari dalam kamar, "siapa yang datang?"

"Tidak ada. Hanya petugas kebersihan." Jawab Bryan.

"Bryan, bisakah kau membantuku?" Teriak Queen lagi.

Bryan bergegas menuju kamar dan bersandar di kusen pintu, "ada apa sayang?"

"Tolong bantu aku menutup resleting dressku!" Queen menyibak rambutnya, menunjukkan resleting yang belum tetutup memperlihatkan punggungnya.

Bryan menelan ludah, dia segera berdiri di belakang Queen. Mereka saling bertatap melalui cermin meja rias. Bryan menundukkan kepalanya dan mulai menghirup aroma tubuh Queen.

Aku sangat merindukan aroma ini, batin Bryan.

"Bry! Jangan melamun, ayolah! Aku tidak ingin Sean menunggu terlalu lama nanti."

Bryan tersadar lalu segera menutup resleting dress Queen.

"Aku sudah siap. Kenapa Sean belum datang juga ya?"

Bryan mengedikkan bahu, "entahlah, Queen. Ayo kita sarapan dulu! Makanannya sudah siap."

"Baiklah, ayo!"

Mereka berjalan beriringan menuju meja makan. Dalam diam, mereka menyantap hidangan yang dimasak Bryan tadi. Sesekali Bryan melirik Queen yang terlihat sangat cantik. Dengan make up yang tipis, dress berwarna pink yang sangat manis dan pas di tubuh Queen, rambutnya yang dibiarkan tergerai indah. Ah, sempurna!

◽️◾️◽️

Queen menangis sesenggukan di dalam kamarnya. Bryan yang duduk di sampingnya hanya bisa terdiam. Ingin sekali dia merengkuh tubuh mungil Queen, membawanya ke dalam pelukan hangatnya.

"Ini sudah sore, Sean membohongiku." Ucap Queen di sela tangisnya.

"Bryan, kenapa kau diam saja?!"

"Apa yang harus aku katakan dan lakulan, Queen?"

Queen merengkuh tubuh Bryan, "peluk aku!"

Bryan merasa ragu untuk membalas pelukan Queen, tapi pada akhirnya dia mulai memeluk Queen dan membelai rambut wanita itu, berusaha menenangkannya.

"Queen, jangan menangis lagi, sayang."

Kilasan kenangan kembali ada di dalam otak Queen. Aroma pria ini, bagaimana pria ini menyentuh dan memperlakukannya, dia seperti sudah pernah merasakan sebelumnya.

"Bryan, kepalaku terasa sakit." Erang Queen.

Bryan melonggarkan pelukannya dan membimbing Queen untuk merebahkan dirinya di kasur. "Tidurlah, Queen! Istirahatlah! Aku akan menemanimu di sini."

Bryan mengecup dahi Queen lalu menyelimuti tubuh wanita itu. Perlahan, Queen memejamkan matanya memasuki dunia mimpi.

◽️◾️◽️

Halo!
Mohon maaf belum bisa nulis part yang panjang, tapi ku usahakan updatenya rajin yaa.
Terima kasih yang sudah berkenan membaca :)

02 Juli 2023
17:09

Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang