The worst feeling isn't being lonely, it's being forgotten by someone you'd never forget.
❤❤❤
Bryan menyandarkan tubuhnya ke mobilnya sementara menunggu Queen keluar dari apartemen. Jam sudah menunjukkan pukul 18:50 tapi Queen belum juga menampakkan batang hidungnya.
Queen berada di depan cermin besar kamarnya. Memastikan apakah penampilannya malam ini akan dapat memukau mom Isabel atau tidak. Ponselnya bergetar beberapa kali, tanpa melihat siapa yang menelfon dia tahu pasti itu adalah..
"Ya, aku akan turun. Tunggu sebentar!" ucap Queen lalu buru-buru memutuskan sambungan telfon tanpa menunggu jawaban Bryan.
Bryan berpose se-cool mungkin saat Queen berjalan menghampirinya. Matanya tak bisa lepas dari gadis cantik yang memakai gaun putih pilihannya. She's too beautiful.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gaun putih selutut itulah yang menjadi pilihan terakhir Bryan siang tadi. Bryan geram karena hampir semua gaun yang disediakan di butik langganan grandmanya selalu berhasil memperlihatkan dada Queen terlalu banyak. Dan gaun inilah yang menurut Bryan lebih tertutup meskipun tetap memperlihatkan pundak Queen.
"Aku terlalu lama?" tanya Queen.
Bryan menggeleng, "tidak. Ayo kita berangkat!"
Bryan membuka pintu untuk Queen lalu menutupnya kembali setelah Queen masuk. Bryan memutari setengah mobilnya lalu duduk di kursi kemudi.
Tak lama kemudian, mobil Bryan melaju pelan membelah keramaian kota New York.
◽◾◽
"Okay, Relax!" ucap Queen sebelum dia turun dari mobil.
Queen memandang kagum bangunan besar dan megah yang berdiri kokoh di hadapannya. "Wow! Ini mansionmu?" tanya Queen.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lebih tepatnya milik mom and dad." koreksi Bryan.
"Itu sama saja, milikmu juga." Queen terkekeh geli.
