2. Caught Her 1 (William)

5K 224 21
                                    

Hello!
Happy reading, hope you like it 💞

💢💢💢

Amsterdam, Belanda.

Sean mengetuk pintu apartemen William dengan tempo seperti Anna saat mengetuk pintu kamar Elsa pada film Frozen.

"William,"

"Do you wanna built a snowman?"

"Come on lets go and play!"

"I never see you anymore, come out the door is like you've gone away"

"We used to be best buddies and now we're not, I wish you would tell me why"

"Do you wanna built a snowman?"

"It doesn't have to be a snowman"

Pintu terbuka menampakkan William dengan penampilan acak-acakan. Kemudian dengan wajah polosnya William berkata, "go away, Sean!"

"Okay bye," jawab Sean.

Brak!

Pintu kembali tertutup. Sean mengerjap lalu mengerutkan keningnya. Apa yang aku lakukan di sini? batinnya. Sean mengepalkan tangannya kemudian diketukkan ke kepalanya sendiri. Dasar bodoh!

"Will, bukalah!" teriak Sean.

"Will, cepat!"

Sean menjadi tidak sabar, dia mengetuk pintu itu kuat-kuat sambil memejamkam matanya. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Sean tidak tahu kalau pintu yang diketuknya sudah terbuka dan akhirnya ketukan itu berpindah ke muka William.

"Sea, hentikan! Kau menyakitiku, bodoh."

Sean menggeleng, "buka pintunya, Will!"

"Sea!" bentak William. Sean membuka matanya kemudian tersenyum kikuk. Perlahan dia menurunkan tangannya dan melangkah masuk ke apartemen William dengan santainya seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa.

Sean menjatuhkan dirinya di atas sofa panjang berwarna putih. William berdiri mematung, terdiam melihat tingkah laku Sean.

Sean mengerutkan keningnya, "kenapa masih berdiri di situ? Ayo duduk, tidak usah malu. Anggap saja rumah sendiri."

William menatap Sean nyalang, "dasar kembaran tidak tahu diri. Untung kau lebih tampan dari aku, kalau tidak, sudah ku sayat-sayat wajahmu itu menggunakan jarum jahit."

Sean bergidik ngeri membayangkan ucapan William. "Kau menjijikkan, Will."

"Untuk apa kau menyuruhku kemari?" tanya Sean.

William berdeham lalu duduk di sofa lain yang ada di ruangan itu.

"Sea, sudah berapa lama Angel bersamamu?"

Sean mengerutkan keningnya, "untuk apa kau bertanya seperti itu?"

"Jawab sajalah, Sea." William mulai kesal.

"Satu tahun."

"Apa kau tidak pernah melihatnya berjalan?"

"Berjalan? Apa maksudmu? Dia di kursi roda, Will. Berdiri saja tidak bisa apalagi berjalan."

William tersenyum tipis, "aku akan menunjukkan sesuatu padamu."

Will merogoh ponsel yang berada di sakunya lalu membuka galeri, mencari foto yang ingin diperlihatkannya kepada Sean.

"Nah, Sea. Ini, bukankah dia Angel?" William menyodorkan ponselnya kepada Sean. Sean mengamati foto itu dengan seksama, gadis di foto itu memang mirip Angel. Tapi..

Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang