35.

92 8 0
                                    

"Sean, apa kita akan menikah?"

Pria tampan yang tengah membaca buku di kamarnya itu dikejutkan dengan suara seseorang.

"Angel, sejak kapan kau berada di sini?"

Angel mendekat ke arah Sean, "apa kau mencintaiku?"

Sean menutup bukunya, lalu berjongkok di depan kursi roda Angel, "mengapa kau bertanya seperti itu? Kau sudah ku anggap seperti adikku sendiri, Ngel."

Angel tersenyum tipis, "jadi, kau tidak punya perasaan apapun kepadaku? Selama ini, kau anggap kita ini apa?"

"Dengarkan aku! Aku menyayangimu, tapi bukan perasaan yang seperti itu. Rasa sayangku padamu seperti-"

"Sudahlah, Sea. Lupakan saja! Kau mencintai gadis lain, kan? Queen."

Sean hanya terdiam, "Angel, kembalilah ke kamarmu! Ini sudah larut, sudah waktunya kau tidur. Aku akan mengantarmu."

"Tidak, Sea! Jawab dulu pertanyaanku!" Cegah Angel saat Sean ingin mengantar Angel menuju ke kamarnya.

"Angel, ayo ku antar ke kamarmu. Kau harus istirahat."

"Beatrice, dia putrimu, kan?" Cecar Angel.

Sean hanya berdiri mematung.

"Bayi mungil itu, dia putrimu kan, Sea?"

"Sebenarnya aku juga masih bin-"

"Jangan menyembunyikan apapun dariku!"

"Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu, Ngel?" Tanya Sean penuh selidik.

Angel terlihat tenang, "aku mengetahui segalanya. Selamat malam, Sean!" ucapnya seraya berlalu pergi meninggalkan Sean yang masih berdiri mematung di sana.

◽️◾️◽️

"Queen, terima kasih karena kau bersedia menemuiku."

"Apa yang ingin kau bicarakan, Sean?"

Di sinilah mereka, duduk berhadapan di sebuah cafe terdekat. Semalam, Sean mengirim pesan kepada Queen setelah Angel keluar dari kamarnya.

"Apa kau ingat apa yang terjadi pada kita saat kau mabuk?"

Queen mengernyit, "kita? Memangnya kita pernah mabuk bersama?"

"Bukan, Queen. Setahun yang lalu, kau datang ke sebuah club sendirian dan mabuk di sana. Seorang pria hampir saja memperkosamu, lalu aku datang. Kau mabuk saat itu dan aku berniat untuk membawamu pulang. Tapi, kau malah menarikku masuk ke kamar, dan kita..."

"Cukup!"

Sean mengangguk, "baiklah."

Terjadi keheningan di antara mereka, sebelum Sean kembali berkata, "saat kau sadar dari kecelakaanmu dulu, kau sempat menganggap bahwa bayi yang kau kandung adalah anakku. Aku sangat senang saat itu, tapi aku harus menyembunyikan perasaanku dari orang lain."

"Kau tahu, aku mengalami hilang ingatan, jadi--"

"Aku mengerti, Queen. Aku tidak ingin membebanimu, aku hanya ingin kau mengetahui faktanya."

"Lalu, apa untungnya bagimu jika aku mengetahui itu?"

Sean menghela napas, "Beatrice..."

Queen menggeleng, "kau tidak ada hubungannya dengan Beatrice, Sean."

"Siapa yang tahu, Queen? Kita bahkan belum melakukan test DNA."

"Sudah selesai? Jika sudah, aku akan pulang sekarang."

Sean memegang tangan Queen yang diletakkan di atas meja, "tolong tetaplah tinggal, Queen! Aku ingin kita menyelesaikan ini."

"Aku harus pulang, Beatrice pasti mencariku. Kau tidak perlu mengantarku, ada supir yang menungguku."

Queen menarik tangannya dan dengan cepat berjalan meninggalkan Sean yang masih terdiam.

◽️◾️◽️

"Pria itu, menemui si wanita jalang."

"Kau tidak mencegahnya?"

"Mencegahnya? Kau pikir semudah itu?"

"Ah ya, lihatlah dirimu, sayang!" Pria itu terkekeh.

"Aku akan membunuhnya!"

"Siapa?"

"Orang yang dikasihinya harus mati. Sama seperti yang aku rasakan, dia juga harus merasakannya."

"Kau mengalami kemajuan yang signifikan. Aku tidak pernah melihatmu seperti ini, kulihat ada kobaran api di matamu."

"Aku sangat bernafsu saat ini. Ingin sekali mulai menghancurkan hidup mereka."

"Apa yang akan kau lakukan?"

Wanita itu tersenyum tipis, "kita lihat saja nanti."

◽️◾️◽️

"Sayang, aku akan ke luar negeri selama beberapa hari. Tolong jaga dirimu dan juga Beatrice."

Queen yang tengah merapikan setelan pakaian kerja Bryan mengangguk pelan, "kau juga harus menjaga dirimu, Bryan."

Bryan mengecup puncak kepala wanita itu dan membawanya ke dalam pelukan hangatnya. "Tentu saja, sayang. Aku akan sangat merindukanmu."

Terdengar suara Beatrice yang mengoceh, Bryan dan Queen tersenyum. Pria itu melepaskan pelukannya, lalu menghampiri Beatrice yang sedang ditidurkan di kasur, "dad juga akan merindukanmu, sayang."

Beatrice tertawa riang, "kau akan tumbuh menjadi gadis yang sangat manis dan cantik. Sama seperti mom."

Queen terenyuh melihat kedekatan Bryan dan Beatrice. Apapun yang terjadi, Bryan lebih pantas menjadi ayah Beatrice, bukan pria lain, batinnya.

"Sayang, aku ingin kau menyuapiku, di sini." Rengek Bryan.

"Baiklah, bayi kecilku, aku akan mengambilkan sarapanmu. Tunggulah di sini bersama Beatrice!"

"Terima kasih, sayang!" Teriak Bryan saat Queen sudah menghilang di balik pintu.

Beatrice tiba-tiba merengek, "oops!" Bryan menutup mulutnya.

"Maafkan dad, dad tidak bermaksud mengagetkanmu." Bryan mencoba menenangkan Beatrice.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar dengan kasar, "Bryan! Mom!"

"Melissa! Kau mengangetkan Beatrice! Apa yang terjadi?"

"Mom pingsan!" Teriak Melissa.

"Bryan yang mendengarnya langsung berdiri, "dimana mom sekarang?"

"Mom pingsan di taman dan ada luka sayat di lengannya. Cepat! Kita harus ke sana!"

Bryan mengangguk, lalu beranjak menggendong Beatrice.

"Biarkan Beatrice di sini! Ada banyak orang di bawah, tidak baik membawanya ke sana. Aku akan meminta seseorang untuk menjaganya."

"Baiklah, ayo!"

◽️◾️◽️

Halooo, selamat membaca 🤍

08 Agustus 2023
22:40

Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang