PROLOG

11.7K 379 29
                                    

Selamat membaca!

💢💢💢

Amsterdam, Belanda.

Suara gemericik air hujan di luar membuat Sean merasa sedikit lebih tenang. Tugas kuliah akhir yang menumpuk membuat Sean merasa lelah karena harus sering begadang. Seperti malam ini, jam menunjukkan pukul 23:15 tapi Sean masih harus bertahan di meja belajar ditemani buku-buku tebal dan macbooknya.

Sean mengehembuskan nafas lega setelah berhasil menyelesaikan tugas untuk besok. Dia menutup macbooknya kemudian beranjak ke dapur, karena rasa haus menyerang tenggorokannya yang kering.

Sean mengedarkan pandangannya ke setiap sudut dapurnya. Rapi dan bersih. Dua kata yang khas dari seorang Sean.

Sean duduk di kursi meja makan kemudian menuangkan air putih ke dalam gelas kaca berukuran sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean duduk di kursi meja makan kemudian menuangkan air putih ke dalam gelas kaca berukuran sedang. Sean meneguknya hingga tandas lalu meletakkan gelasnya kembali.

Sean melirik jam dinding yang tergantung rapi di sudut dapurnya lalu menghela nafas. Dia harus tidur sekarang, atau dia akan terlambat bangun besok pagi.

◽◾◽

Sean melangkahkan kakinya menuju taman yang menjadi icon dari Universitas tempatnya kuliah. Dia mendudukkan dirinya di sebuah bangku taman yang berada di bawah pohon yang cukup rindang. Dengan gerakan cepat Sean mengambil novel tebal dari dalam tasnya lalu mulai membacanya.

Dari jauh, terlihat beberapa mahasiswi sedang berbisik-bisik sambil menatap ke arah Sean.

"Queen, kau bisa melakukannya kan?" tanya Bailee.

Queen tersenyum tipis, "tentu saja. Jangan meremehkan seorang Queen Anastasia."

"Ingat! Kau harus mentraktir belanja kalau kau gagal."

"Iya, aku ingat." kata Queen.

"Kalau begitu, cepatlah! Sebelum si tampan itu pergi dari sana." ucap Rose. Queen menghembuskan nafasnya lalu berjalan dengan langkah mantap menghampiri Sean.

"Hai!" sapa Queen kepada Sean. Sean mendongak.

"Kau Sean, kan?" tanya Queen.

"Ada apa?" ucap Sean dingin.

Queen tersenyum, "aku hanya ingin berkenalan denganmu."

"Pergilah! Aku butuh ketenangan." Sean kembali menunduk menatap huruf-huruf yang tersusun rapi di novelnya.

Queen membulatkan matanya, berani-beraninya Sean mengusirnya. Ini sebuah penghinaan bagi Queen.

"Apa kau tidak ingin tahu namaku?" Queen duduk di samping Sean.

"No, thanks. Itu tidak penting bagiku."

Wajah Queen memanas. Dengan cepat Queen menempelkan bibirnya ke bibir Sean sebelum Sean sempat menghindar. Kemudian Queen berdiri dan tersenyum penuh kemenangan. Sean hanya terdiam sembari berusaha menetralkan detak jantungnya.

My first kiss.

Sean menatap Queen yang berlari menjauh darinya. Aku harus mencari tahu siapa gadis itu, batin Sean.

❄❄❄

To be continue...

25 Maret 2018
10.39


Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang