34.

81 5 0
                                    

"Aku harap kau tidak melupakan rencana kita."

Pria yang sedang duduk santai sembari merokok itu menoleh, lalu terkekeh. "Aku pikir, kau yang sudah melenceng dari rencana."

"Ya ya, aku sadar. Aku sudah terlalu terbawa perasaan. Siapa yang tidak terpesona dengan segala yang dimiliki pria itu, huh?"

"Aku tidak."

Wanita itu mendengus kesal, "jelas saja. Kau iri. Karena dia punya segalanya, lebih dari yang kau punya. Kau bahkan bisa dibeli olehnya."

"Aku tidak akan menolak." Jawab pria itu.

"Dasar mata duitan!"

"Kau tidak?"

"Aku tidak terlalu memperlihatkannya." Wanita itu berjalan pelan lalu duduk di pangkuan sang pria. "Singkirkan rokok itu dari tanganmu!"

Pria itu membelai punggung si wanita yang terbalut kimono tidur. Dengan perlahan dia menarik kimononya, hingga memperlihatkan kulitnya yang mulus.

"Apa kau kurang puas dengan yang kita lakukan semalam?" Tanya si wanita.

"Aku selalu ingin lebih, sayang."

"Tapi kita bersaudara..."

Dengan sengaja, pria itu menempelkan ujung rokok yang masih menyala ke kulit si wanita hingga dia meringis kesakitan.

"Kau gila!" Bentaknya.

"Jangan pernah mengatakan kita bersaudara! Saudara tidak menikmati satu sama lain, sayang."

"Tapi memang begitu kenyataannya, bodoh!"

Pria itu menggeleng, "kita hanya saudara tiri. Itu berbeda."

"Jika boleh jujur, aku tidak sudi menjadi saudara tirimu."

Tangan pria itu mencengkram lengan si wanita dengan kuat, "sebaiknya kau tidak melupakan jasaku dalam rencana balas dendam ini."

"Jelas tidak, sayang." Bisik wanita itu sembari melepaskan kimononya, lalu melemparnya ke sembarang arah.

"Kau bahkan menyuguhkan dirimu di hadapanku, jalang."

PLAK

"Ahh! Aku menyukainya." Desah wanita itu saat sang pria menampar pantatnya.

"Kau memang wanita murahan. Mana mungkin pria kaya itu mau dengan wanita sepertimu? Jangan bermimpi, kau jalang!"

PLAK

"Ahh!"

"Aku tidak tahan dengan mulutmu yang pandai mendesah itu, persetan dengan semuanya!"

Pria itu menggendong si wanita, lalu berjalan masuk ke dalam kamar, "Aku tidak sabar membawamu ke ranjang kita yang panas, Je."

◽️◾️◽️

Sementara di tempat lain...

"Sayang, tolong kancingkan kemeja ini untukku!"

Queen yang tengah sibuk menggoda Beatrice segera memberikan sebuah mainan, lalu beranjak mendekati Bryan.

"Bry, bahkan kau harus meminta bantuanku untuk mengancingkan ini setiap hari."

Bryan terkekeh, "aku memang sengaja, sayang. Aku ingin kita terlihat seperti pasangan."

Bryan memegang kedua tangan Queen yang tengah sibuk mengancingkan kemejanya. Pandangan mata Queen terpaku pada dua cincin yang masing-masing melingkar indah di jari mereka.

"Kita memakai cincin yang sama, Bry?"

Bryan tersenyum lalu mengangguk, "iya, sayang. Kita memakai cincin yang sama."

Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang