03. Apa Itu Rumah?

201 21 4
                                    

Magara tampak tengah tersenyum cerah di pagi ini karena ia baru saja turun dari motornya sudah melihat sosok Yerin.

"Gue denger-denger lo jadi juara satu olimpiade minggu kemarin, ya? Selamat Magara, gue ikut seneng." Ucap Yerin dengan mau tak mau karena ucapan selamat itu adalah permintaan dari Jiraga.

Sementara Magara tersenyum senang, "Makasih, Yerin!" Ucapnya.

Masih berada diparkiran sekolah yang sama, Hariga menatap Magara dengan wajah yang dibuat seolah-olah kecewa.

Melihat perubahan drastis wajah Hariga yang semulanya ceria menjadi kecewa, membuat kedua orang tua dari remaja itu berpikir bahwa Hariga pasti sedih karena tak pernah berprestasi.

Tanpa berpikir panjang, langsung saja Raga dan Irena menghampiri Magara yang masih bersama dengan Yerin.

"Asal kamu tau, Magara menang pasti karena curang." Irena berujar dengan raut wajah yang datar.

Yerin terkejut melihat wanita paruh baya itu karena tiba-tiba datang dan berujar hal yang tak baik.

"Maaf kalau boleh tau om sama tante siapa?" Tanya Yerin.

Seolah tuli, Irena maupun Raga tak menjawab pertanyaan Yerin sama sekali, hal itu pun membuat Magara yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

"Mereka orang tua Gara."

"O-oh gitu, ya... Perkenalkan om, tante, nama saya Yerin." Walaupun masih terkejut, wanita itu masih bisa terlihat sangat sopan.

"Yerin? Berarti kamu calon menantu saya dong!" Irena tersenyum sembari menepuk-nepuk pelan punggung wanita itu.

"Maksudnya?"

"Jiraga sering cerita tentang kamu loh!"

Hati Magara terasa tak enak sekaligus sakit mendengar ucapan yang keluar dari bibir ibunya. Berbeda dengan Raga yang menatap puas sembari menyunggingkan senyum pada anak keduanya.

"Gara ke kelas dulu, ya. Permisi bunda, ayah, Yerin." Setelah mengucapkan kata itu, Magara pergi dengan langkah cepat.

"Mulai sekarang kamu harus panggil saya pake kata bunda aja, ya. Biar bisa akrab."

Yerin tersipu malu mendengar hal itu, "Iya, bunda..."

"Ayo kita ngobrol-ngobrol sebentar di dalam mobil, bel juga belum bunyi." Irena menggandeng tangan Yerin, sedangkan si empu hanya tersenyum dan menurut.

***

Sementara didalam sekolah Magara masih belum berhasil masuk kedalam kelasnya karena pintu untuk masuk dihalangi.

"Si curang olimpiade udah datang aja nih..." Ucap seorang remaja yang tak antara lain adalah Rain.

"Bacot." Balas Magara.

"Kok lo kaya marah gitu sih? Kita tau juga dari orang tua lo sendiri." Ucap Carel sebelum kemudian tertawa kencang.

"Jangan halangi pintu, gue mau masuk." Ucap Magara sembari berusaha masuk ke dalam kelasnya dengan cara mendorong Jean dan Niel yang berada tepat diambang pintu.

"Kalian kenapa sih? Gue lagi gak mau berantem!"

Suara Magara yang lumayan keras barusan itu membuat atensi sebagian siswa dan siswi yang tengah berlalu lalang di lorong tertuju padanya.

"Santai dulu, gue ada pertanyaan buat lo." Ucap Jean.

"Apa?"

"Kenapa adik lo selalu diantar jemput? Gue tau Hariga bisa bawa motor ataupun mobil."

Magara and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang