Dibawah hamparan langit yang sudah mulai gelap, tampak seorang remaja lelaki yang tengah berjalan dengan cepat.
Didalam hati, Magara merutuki guru yang memberikan banyak pembelajaran khusus baginya hingga mengharuskan ia pulang sore menjelang malam seperti ini.
Mungkin karena hari ini adalah hari terakhir Magara belajar untuk olimpiade besok, jadi guru itu membimbing dengan waktu yang lebih lama dari biasanya.
Dan yang membuat Magara semakin kesal hari ini adalah kenyataan bahwa dirinya tidak membawa motor ke sekolah karena sedari kemarin motor itu terpaksa harus di simpan di bengkel sementara waktu karena ada kerusakan.
Bugh!
Magara yang sedang berlari dipinggir jalan sunyi itu langsung tersungkur ke tanah karena tak sempat menghindar dari pukulan seseorang.
"Apa-apaan lo pukul gue?!" Tanya Magara pada pelaku yang telah membuat ia terjatuh.
"Kenapa lo yang dipilih ikut olimpiade? Karena itu gue dimarahin ayah!" Ucap Jean dengan amarah yang menggebu-gebu.
"Kenapa jadi nyalahin gue?!" Tanya Magara tak habis pikir dengan jalan pikir pemuda itu.
Bugh!
Bukannya menjawab pertanyaan Magara, Jean malah menendang perut remaja itu.
"Kenapa lo selalu ganggu gue?!" Bentak Magara dengan posisi yang masih duduk di tanah.
Jean bak orang yang kesetanan, dia terus memukul dan menendang Magara dengan air mata yang mengalir deras.
Sialnya jalanan sangat sepi, jadi tak ada yang menghentikan aksi gila pemuda itu.
Magara yang sudah muak pun langsung berdiri dan mendorong Jean dengan sekuat tenaga agar orang itu menjauh dari dirinya.
Namun tanpa diduga ada satu motor yang tengah melaju dengan cepat dan langsung menghantam tubuh Jean yang sedang tak seimbang dengan keras.
"JEAN!" Teriak histeris Magara saat melihat tubuh Jean terpental cukup jauh.
Magara berlari menghampiri Jean yang terkapar dengan darah yang mengalir di bagian kakinya.
"Sial, tangan sama kaki gue sakit banget, anjing!"
Magara sedikit bisa bernafas lega saat mengetahui bahwa Jean tidak kehilangan kesadaran.
"J-jean, maaf gue gak sengaja." Ucap Magara merasa bersalah.
"Diem bangsat, lo pasti sengaja!"
Jean terlanjur kesal dengan Magara walaupun dia tahu bahwa pemuda itu benar-benar tak sengaja.
Tak lama kemudian Jean mencoba berdiri dengan susah payah, namun gagal karena kakinya terasa sangat sakit dan perih.
Saat Magara akan membantu Jean berdiri, tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi menandakan ada yang menghubungi.
"Magara, dimana kamu?!"
Suara yang berasal dari ponsel membuat Magara dan Jean sontak terkejut.
Pemilik suara itu tak antara lain adalah Raga, siapa lagi orang yang selalu menggunakan nada tinggi ketika berbicara pada Magara selain pria paruh baya tersebut.
"Ayo cepet pulang!"
"Maaf ayah, tapi Gara mau antar temen Gara ke rumah sakit—"
"Iya, om. Kaki Jean gak bisa gerak karena dipukul anak om." Sahut Jean tiba-tiba.
Magara membulatkan matanya, "Jean jangan bohong—"
"Apa?!" Suara diseberang sana terdengar semakin tinggi.
![](https://img.wattpad.com/cover/336711808-288-k147055.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magara and Love
FanfictionSejatinya, seorang Magara hanya ingin tahu bagaimana rasanya dicintai, bukan sekadar mencintai. Terkadang, lelaki itu merasa muak memberikan perhatian, rasa cinta, dan kasih sayang kepada orang-orang terdekatnya, sementara mereka seolah tak pernah m...