Malam ini hujan turun dengan sangat deras, menambah kesan canggung yang terjadi diantara kakak beradik yang tengah duduk berdua di dalam kamar.
Suasana malam yang terasa sunyi dan dingin ini memang sangat cocok untuk menenangkan pikiran dan hati, begitupun dengan Jiraga dan juga Magara.
Sedari tadi Jiraga terus merutuki dirinya sendiri dalam hati karena merasa sangat bersalah sudah dengan sengaja memukul adiknya sendiri.
Dengan pelan dan hati-hati, Jiraga berucap, "Gara, gue minta maaf."
"Ayo pukul gue sekarang." Ucapnya lagi sembari menatap serius sang adik.
"Buat apa?" Tanya Magara.
"Tadi gue udah mukul lo." Jiraga menunduk karena perasaan bersalah itu semakin besar.
"Gak masalah, abang. Udah gak perlu ngerasa bersalah." Ucap Magara sembari tersenyum meyakinkan.
"Sifat gue kekanak-kanakan..." Keluh Jiraga.
Magara menghela nafasnya lelah, "Kan abang emang belum tua..."
"Gue gak bercanda ya Gara."
Magara tersenyum sebelum berkata, "Udah deh bang jangan dipikirin, lagian Gara gak kenapa-kenapa."
Hening lagi selama beberapa detik sebelum Jiraga kembali mengeluarkan suara.
"Jujur aja gue selalu pengen punya kakak yang sifatnya kayak lo, tapi sayangnya gue anak pertama."
"Walaupun misalnya ada yang namanya dilahirkan kembali, Gara tetep mau terlahir sebagai adik abang karena peran abang dikehidupan Gara itu udah lebih dari cukup, sedangkan Gara belum tentu bisa jadi abang yang baik." Ucap Magara.
"Umur kita juga gak jauh, bang. Anggap aja kita seumuran." Lanjutnya.
"Makasih udah jadi adik gue..."
"Iya Gara juga seneng punya kakak kayak abang. Sekarang ayo tidur, Gara udah ngantuk." Ucap Magara lalu merebahkan dirinya di kasur yang berada di dalam kamar kakaknya itu.
"Lo mau tidur disini?" Tanya Jiraga.
"Iya, emangnya gak boleh ya?" Tanya Magara yang sudah menutup matanya.
"Ya boleh dong."
Jiraga baru saja beranjak akan ikut merebahkan tubuh lelahnya di kasur tetapi ada yang mengetuk pintu kamarnya jadi dia terpaksa harus membuka pintu tersebut terlebih dahulu.
Dan Ternyata yang datang adalah Raga dan Hariga.
"Jiraga, ayah mau ngobrol sama kamu dan Magara sebentar di dalam kamar boleh?" Tanya Raga.
"Oh iya boleh yah, ayo masuk aja." Ajak Jiraga.
"Magara bangun dulu, ada ayah sama Hariga mau ngobrol." Ucap Jiraga.
Magara yang sedari tadi hanya menutup mata dan memang belum terlelap pun membuka matanya lalu duduk disisi Jiraga.
"Jiraga, maafin ayah kalau udah memperlakukan kamu beda dan buat kamu jadi harus selalu ngalah sama adik-adik." Ucap Raga memulai obrolan.
"Enggak ayah, tadi Jiraga ngomong gak sopan kayak gitu karena lagi emosi aja..." Balas Jiraga dengan perasaan semakin tak enak.
"Ayah tau gimana rasanya jadi anak pertama karena kalian juga tau sendiri kalau ayah ini anak pertama."
Magara dan Hariga hanya mengangguk sebagai respon.
"Ayah, maafin Jiraga. Tadi Jiraga bener-bener gak sengaja udah ngomong gak sopan dan pukul Gara juga."
![](https://img.wattpad.com/cover/336711808-288-k147055.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magara and Love
FanfictionSejatinya, seorang Magara hanya ingin tahu bagaimana rasanya dicintai, bukan sekadar mencintai. Terkadang, lelaki itu merasa muak memberikan perhatian, rasa cinta, dan kasih sayang kepada orang-orang terdekatnya, sementara mereka seolah tak pernah m...